Para pemimpin Ukraina, Rusia, Jerman dan Perancis muncul dari pembicaraan maraton di Minsk, Belarusia hari Kamis (12/2) dengan kesepakatan gencatan senjata yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran berbulan-bulan yang telah menewaskan ribuan orang di Ukraina timur.
Gencatan senjata, yang akan dimulai 15 Februari itu diumumkan setelah pembicaraan 16 jam yang melelahkan, sepanjang malam di ibukota Belarusia, Minsk.
Perundingan sepanjang malam itu berlangsung lama dan rumit, dan para pemimpin yang terlibat dalam perundingan itu mengakui masih banyak rincian yang belum dibahas. Tetapi mereka berhasil mencapai perjanjian gencatan senjata dan dalam dua pekan mendatang akan dilakukan penarikan mundur senjata-senjata berat dan saling tukar tawanan.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan semua pihak “telah berhasil menyepakati isu-isu utama,” termasuk penarikan senjata berat dari daerah konflik.
Pemberontak pro-Rusia juga dilaporkan telah menerima kesepakatan itu.
Tapi semua pihak juga menekankan, dalam konferensi pers terpisah, bahwa perbedaan pendapat tetap ada. “Kami tidak berilusi,” kata Kanselir Jerman Angela Merkel, seraya menambahkan ada “sangat, sangat banyak pekerjaan yang harus dilakukan.” Bahkan sementara gencatan senjata itu disepakati hari Kamis, para pejabat militer Ukraina mengatakan bahwa lebih banyak tank dan senjata berat semalam menyeberang ke wilayah Ukraina dari Rusia.
Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Francois Hollande menggagas diplomasi kali ini, suatu upaya untuk menghentikan ofensif oleh pemberontak dan mencegah kemungkinan terjadinya penjualan senjata Amerika ke Ukraina.
Hollande mengatakan ada perjanjian luas yang dicapai tentang penyelesaian politik dalam krisis Ukraina yang sudah berlangsung hampir satu tahun. Tetapi ia mengakui belum seluruh rinciannya masih belum selesai dibahas.
Merkel lebih bersikap hati-hati, dengan mengatakan perjanjian itu memberi harapan solusi, tetapi masih sangat banyak yang harus dikerjakan. Merkel menggambarkan perjanjian ini lebih baik daripada tidak tercapai perjanjian sama sekali.
Beberapa laporan semalam menunjukkan bahwa perundingan itu hampir gagal sewaktu para pemimpin pemberontak menolak melepaskan wilayah yang sudah mereka rebut kuasai dalam beberapa pekan ini. Tetapi Hollande mengatakan Presiden Putin menekan kelompok pemberontak untuk menyetujui perjanjian tersebut.
Di International Center for Policy Studies (Pusat Internasional bagi Kajian Kebijakan) di Kyiv – Yaroslav Voitko mengatakan Ukraina tidak bersedia memberikan wilayah lain kepada para pemberontak selain dibanding yang sudah mereka rebut sebelumnya, yang berarti hanya mencapai sepertiga dari yang diinginkan.
Sementara Andrew Wilson dari European Council on Foreign Relations (Dewan Eropa Bagi Hubungan Luar Negeri) mengatakan kepada VOA melalui Skype, ancaman adanya senjata Amerika dalam pertempuran itu mungkin menjadi faktor yang menentukan yang membuat Presiden Putin mau mengikuti perundingan tersebut.
Pertempuran terus berlanjut selama berlangsungnya perundingan tersebut, dan tampaknya akan terus berlanjut setidaknya hingga Sabtu malam. Tetapi orang-orang yang terkepung di kawasan itu berharap setidaknya kini ada saat beristirahat dalam pertempuran itu, dan mungkin tercapainya penyelesaian dalam jangka panjang.
“Sekitar 50 tank, 40 mesin peluncur roket, dan kendaraan lapis baja dalam jumlah yang sama menyeberangi perbatasan Ukraina-Rusia di Izvarin,” kata juru bicara militer Kiev Andriy Lysenko. Rusia membantah telah mengirim pasukan atau senjata melintasi perbatasan untuk membantu separatis pro-Rusia bertempur melawan pasukan Ukraina yang telah menewaskan sedikitnya 5.400 orang dan melukai ribuan lainnya.