Dalam cekcok terbaru antara kedua sekutu di dalam NATO, Turki dan Amerika, Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan sebuah peringatan perjalanan atau travel advisory yang mendesak warga negara Turki untuk mempertimbangkan lagi melakukan perjalanan ke AS, dengan alasan masalah keamanan.
"Kami mengamati adanya peningkatan persekongkolan teror dan tindakan kekerasan di AS," kata Kementerian Luar Negeri di situsnya.
Peringatan itu mencantumkan serangkaian insiden yang terjadi sejak 2016, termasuk di Ohio State University, bandara Fort Lauderdale-Hollywood di Florida, Pusat Islam Dar Al-Farooq di Minnesota dan sebuah gereja di Texas.
Kementerian Luar Negeri juga memperingatkan bahaya dari kendaraan yang menabrak pejalan kaki, dan serangan bom serta teror bersenjata, dengan mengatakan insiden ini dapat terjadi di pusat-pusat kota, daerah kegiatan budaya, stasiun metro, bangunan umum, pusat ibadah dan bahkan di kampus-kampus universitas.
Peringatan perjalanan itu mengutip ancaman yang disebabkan oleh kelompok-kelompok ekstrem kanan dan rasis, dan mendesak warga Turki untuk mengambil tindakan pencegahan.
Peringatan ini meniru salah satu peringatan yang dikeluarkan hari Jumat (12/1) oleh Departemen Luar Negeri, di mana pejabat AS mendesak orang Amerika untuk mempertimbangkan kembali perjalanan ke Turki. Peringatan itu menyebutkan dua risiko spesifik, "terorisme dan penahanan sewenang-wenang."
Beberapa warga AS saat ini ditahan di Turki di mana keadaan darurat diberlakukan. Mereka dituduh memiliki hubungan dengan ulama Turki Fethullah Gulen, yang tinggal di pengasingan di Pennsylvania dan dituduh sebagai otak dari percobaan kudeta 2016 di Turki. Dia menyangkal keterlibatannya. AS telah menolak tuntutan Turki untuk mengekstradisi Gulen. [ps/jm]