Ketegangan diplomatik mencuat pada Minggu (17/7) antara Serbia dan Kroasia yang bersaing di wilayah Balkan. Ketegangan itu terjadi setelah Kroasia menolak mengizinkan presiden Serbia melakukan kunjungan tertutup ke sebuah lokasi kamp konsentrasi Perang Dunia II, dimana puluhan ribu warga Serbia dibunuh oleh pihak berwenang pro-Nazi di Kroasia.
Para pejabat Kroasia mengatakan mereka mendengar lewat "saluran tidak resmi" tentang rencana kunjungan Presiden Alexandar Vucic ke kamp Jasenovac. Menteri Luar Negeri Gordan Grlic Radman mengatakan kepada para wartawan bahwa pemerintah Kroasia belum diberitahu secara resmi mengenai kunjungan tersebut, dan itu merupakan hal yang "tak dapat diterima."
"Kementerian Luar Negeri ingin menekankan bahwa dalam hal perencanaan kunjungan apapun oleh pejabat asing, waktu, tujuan dan program kunjungan harus dikomunikasikan dan disetujui oleh kedua pihak," kata Grlic Radman. "Ini bukan kunjungan ke pantai. Presiden suatu negara adalah orang yang harus dilindungi."
Keputusan Kroasia itu memicu kemarahan di Serbia, di mana para pejabat menggambarkannya sebagai "skandal." Menteri Dalam Negeri Serbia Aleksandar Vulin mengatakan semua pejabat Kroasia mulai sekarang harus mengumumkan semua transit atau kunjungan ke Serbia dan akan ditempatkan di bawah "rezim kontrol khusus." Ia tidak merincikan pernyataannya tersebut.
Hubungan antara Serbia dan Kroasia tegang sejak pecahnya bekas negara Yugoslavia dan perang di Kroasia pada 1991-95 yang terjadi ketika minoritas Serbia di negara itu, yang didukung oleh Serbia, memberontak melawan kemerdekaan Kroasia. Lebih dari 10.000 orang tewas dalam perang tersebut. [vm/pp]
Forum