Kematian dua warga Amerika kulit hitam yang tidak bersenjata di tangan polisi kulit awal tahun ini menyulut ketegangan rasial dan memicu demonstrasi di seluruh Amerika, menuntut diakhirinya kebrutalan polisi dan pengambilan keputusan berdasarkan sterotype pada ras tertentu yang dikenal sebagai “racial profiling.”
Selama berhari-hari terjadi kerusuhan rasial di Ferguson, Missouri bulan Agustus lalu, setelah penembakan fatal Michael Brown, seorang remaja kulit hitam Amerika yang tidak bersenjata oleh polisi kulit putih Darren Wilson. Kematian Brown dan kondisi-kondisi yang ada di sekitar kota itu memicu demonstrasi yang mendesak diakhirinya penggunaan kekuatan mematikan oleh polisi terhadap warga kulit hitam. Ibu Michael Brown, yaitu Leslie McSpadden menyerukan keadilan bagi putranya.
“Bersikaplah adil dan tangkap orang itu, ia harus bertanggungjawab atas perbuatannya,” ujar Leslie.
Aksi kekerasan lebih banyak terjadi di komunitas yang umumnya dihuni warga kulit hitam itu setelah bulan November lalu juri agung menolak mengadili Darren Wilson dengan tuntutan-tuntutan kriminal.
“Saya percaya Darren Wilson sebenarnya bersalah,” ujar salah satu warga.
Darren Wilson yang sejak insiden terjadi telah mengundurkan diri dari kepolisian kota Ferguson mengatakan ia membunuh Michael Brown karena remaja itu menyerangnya dan ia khawatir akan keselamatan dirinya. Wilson masih menghadapi kemungkinan tuntutan dan gugatan hukum federal terkait pelanggaran hak sipil.
“Keputusan juri agung tidak berarti telah menyelesaikan kasus ini.”
Penembakan Michael Brown menyingkap apa yang oleh banyak warga kulit hitam kota Ferguson disebut sebagai sejarah panjang pelanggaran yang dilakukan polisi. Madye Henson yang mengajar beragam latihan pada polisi Ferguson mengatakan, "Tidak mungkin kita mencapai keberhasilan 100% pada seluruh polisi karena kadang-kadang masalahnya jauh lebih besar. Tetapi tujuan kita sebenarnya adalah memancing kekritisan berfikir sehingga para polisi ini mulai menanyai kebijaksanaan mitra-mitra mereka sendiri.”
Pakar kebijakan publik Elsie Scott mengatakan kasus Ferguson mengubah perasaan orang tentang polisi. “Ferguson memulai gerakan di seluruh Amerika untuk mereformasi polisi dan sistem pengadilan kriminal,” ujarnya.
Ada lebih banyak demonstrasi di seluruh Amerika setelah seorang polisi kulit putih di New York juga tidak dituntut karena kematian seorang warga kulit hitam lainnya, Eric Garner. Garner yang berusia 43 tahun meninggal tidak lama setelah polisi Daniel Pantaleo memiting lehernya untuk melumpuhkan dan menangkapnya atas dugaan menjual rokok secara ilegal. Insiden yang terekam video itu memicu program pelatihan kembali secara besar-besaran seluruh polisi di New York, yang dipusatkan pada kekuatan apa yang layak digunakan untuk menangkap seorang tersangka.
Ribuan orang berdemonstrasi di ibukota Washington DC, menyerukan Kongres supaya meloloskan undang-undang guna memberantas pengambilan keputusan berdasarkan stereotype pada ras tertentu yang dikenal sebagai “racial profiling” atau pengkotak-kotakan masyarakat berdasarkan etnis dan warna kulit dan diskriminasi yang dilakukan polisi.
Aktivis hak-hak sipil Al Sharpton mengatakan, "Kami ingin supaya Kongres mendanai Departemen Kehakiman untuk membentuk divisi kepolisian tersendiri sehingga kami bisa langsung datang ke Departemen Kehakiman jika terjadi penggunaan kekerasan yang berlebihan atau “racial profiling.”
Guna meredakan ketegangan, Presiden Barack Obama membentuk sebuah komisi untuk mempelajari isu-isu yang melibatkan polisi, termasuk bias rasial, penggunaan kekuatan yang berlebihan dan sebuah usul untuk melengkapi lebih banyak polisi dengan kamera tubuh.