Ketidakseimbangan keuangan termasuk yang terjadi di pasar kredit dan mata uang kripto akan membayangi perekonomian Amerika yang akan menguat pada tahun 2018, demikian pernyataan ekonom Goldman Sachs Group Inc, Jan Hatzius, sebagaimana diberitakan Bloomberg hari Minggu (31/12).
Hatzius telah membuat beberapa prediksi untuk tahun baru ini, yaitu empat kenaikan tingkat suku bunga yang dilakukan Bank Sentral Amerika, pertumbuhan produk domestik bruto riil yang sedemikian cepat hingga mencapai sekitar 2,6%, turunnya angka pengangguran menjadi sekitar 3,5% dan tidak ada tanda-tanda akan terjadi risesi.
Dalam sebuah laporan baru, Hatzius mengulangi harapannya akan membaiknya ekonomi secara keseluruhan, meski tetap menyampaikan beberapa kekhawatiran.
“Penilaian aset di beberapa bidang, terutama bidang kredit, telah naik ke tingkat yang tinggi menurut standar historis,” ujar Hatzius dalam laporan tentang “10 Pertanyaan di Tahun 2018” yang dikeluarkan Jum’at lalu (29/12).
“Meskipun kami belum melihat jenis ekspansi kredit besar yang akan sangat mengkhawatirkan pejabat Bank Sentral Amerika akan ketidakseimbangan keuangan, kini ada beberapa tanda perilaku spekulatif di pasar keuangan, seperti lonjakan mata uang kripto.”
Goldman Sachs bukan satu-satunya perusahaan yang menyampaikan peringatan tentang mata uang kripto.
Sebelumnya, pejabat JPMorgan Chase & Co. Jamie Dimon menyebut bitcoin sebagai “penipuan”. Direktur Bank Sentral Amerika Janet Yellen mengatakan bitcoin merupakan “aset yang sangat spekulatif”, sementara Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda mengatakan bitcoin digunakan untuk spekulasi. Goldman Sachs juga melaporkan membentuk departemen perdagangan mata uang kripto.
Di sisi positif, menurut Hatzius, sektor perumahan bagi keluarga akan mulai meningkat lebih jauh ketika ketidakseimbangan permintaan dan penawaran terus bersaing, meskipun ada perubahan yang merugikan dari peraturan pajak yang baru ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden Donald Trump.
Pertumbuhan upah di Amerika akan membaik seiring memudarnya distorsi statistik, dan ada “bukti bahwa rumah tangga berpendapatan tinggi telah mencoba menunda kenaikan upah dengan harapan bisa memperoleh tarif pajak yang lebih rendah,” dimana hal ini bisa menahan beberapa data upah hingga sekarang, ujar Hatzius. Ditambahkannya, inflasi inti juga akan meningkat dari saat ini sebesar 1,5%. Harga barang impor yang membebani pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) akan berubah menjadi dorongan pada tahun mendatang. [em/al]