Pemimpin Parlemen Israel mengundurkan diri hari Rabu (25/3) setelah tujuh tahun menjabat. Yuli Edelstein menghentikan sejumlah kegiatan parlemen pekan lalu, karena masalah prosedur dan pembatasan jumlah orang dalam pertemuan akibat perebakan virus corona.
Namun pihak oposisi menuduhnya memblokir pemungutan suara setelah kelompok sayap kanannya gagal memenangkan mayoritas dalam pemilihan tanggal 2 Maret.
Yuli menolak seruan Mahkamah Agung untuk menjelaskan penundaan dalam menyelenggarakan sidang Knesset atau parlemen Israel sehingga memicu sengketa peradilan yang belum pernah terjadi, dimana ketua Mahkamah Agung memerintahkan padanya untuk mengadakan pemungutan suara.
Karena anggota partai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu lainnya mendesak Yuli untuk menentang perintah tersebut, ia menjawab "tidak akan menerima ultimatum" dan mengundurkan diri.
Partai Likud Netanyahu muncul sebagai partai terbesar dalam pemilihan awal bulan ini, tapi tidak cukup untuk menjadi mayoritas yang disyaratkan di Parlemen.
Blok mayoritas pemimpin oposisi Benny Gantz sangat terpecah berdasarkan garis ideologis dan tidak mungkin bersatu untuk membentuk pemerintahan alternatif.
Tetapi mereka bertekad untuk menentang Netanyahu dan bersedia bekerja sama di parlemen. [mg/ii]