Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada Sabtu (2/11) bertekad untuk membalas serangan oleh Israel dan sekutunya, Amerika Serikat. Sementara itu, koalisi pendukung Iran di Irak mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak yang menyasar resor Israel di Eilat.
Perlawanan Islam di Irak adalah salah satu kelompok yang didukung Iran yang turut serta dalam konflik berkepanjangan selama lebih dari setahun antara Israel dan Hamas di Gaza serta Hizbullah di Lebanon.
Beberapa hari sebelum pemilihan presiden di Amerika Serikat, yang merupakan pemasok utama militer Israel, Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa Iran akan membalas serangan yang dilakukan, baik terhadap Republik Islam itu maupun terhadap sekutunya.
Militer Israel menyatakan berhasil mencegat tiga drone di atas Laut Merah, setelah sebelumnya melaporkan adanya tujuh drone yang diluncurkan dari "beberapa garis depan" pada Jumat (1/11) malam. Kelompok Perlawanan Islam di Irak mengklaim bertanggung jawab atas empat serangan pesawat nirawak tersebut di Eilat.
Israel melancarkan serangan udara mematikan di Gaza utara pada Sabtu (2/11). PBB menggambarkan situasi di wilayah tersebut sebagai "apokaliptik" atau seperti kiamat. Di saat yang sama, Hizbullah juga terus menembakkan roket ke arah pusat komersial di Tel Aviv, Israel.
"Musuh, baik Amerika Serikat maupun rezim Zionis, harus tahu bahwa mereka pasti akan mendapatkan tanggapan yang menghancurkan," kata Khamenei.
Israel pada 26 Oktober memulai serangan dengan mengebom lokasi militer di Iran, menewaskan empat prajurit. Serangan itu dilakukan sebagai balasan atas peluncuran sekitar 200 rudal pada 1 Oktober, yang oleh Teheran disebut sebagai tindakan pembalasan.
Israel memperingatkan Iran agar tidak merespons serangan yang terjadi pada 26 Oktober tersebut.
Para analis menyebutkan bahwa Israel berhasil membobol dan merusak pertahanan udara dan kapasitas rudal Iran secara serius. Tak berhenti di situ, Israel diprediksi masih berpotensi melakukan serangan dengan skala lebih besar terhadap negara Rpublik Islam itu.
Pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran telah berkembang menjadi "organisasi militer yang kuat" berkat dukungan militer yang "belum pernah terjadi sebelumnya" dari pihak eksternal, terutama Iran dan Hizbullah, demikian menurut laporan PBB yang baru dirilis. Houthi beberapa kali menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah. [ah/ft]
Forum