Saham-saham di Wall Street kembali anjlok, Selasa (25/2), menambah kerugian setelah mencatat penurunan drastis paling tajam dalam dua tahun pada Senin (24/2).
Tren penurunan terjadi di tengah memuncaknya kekhawatiran akan penularan virus korona yang berpotensi menghambat perekonomian global.
Para investor yang cemas memborong obligasi pemerintah Amerika Serikat yang berisiko rendah. Akibatnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun ke rekor terendah.
Indeks Standard & Poor 500 terjun bebas sebesar 7,6 persen dalam empat hari terakhir sejak mencapai rekor tertinggi pada Rabu (19/2) lalu. Ini merupakan fluktuasi indeks terburuk sejak akhir 2018 yang menimbulkan kerugian hingga $2,14 triliun. Selasa (25/2) kemarin juga menandai kerugian indeks hingga 3 persen berturut-turut sejak musim panas 2015.
Gelombang penurunan tajam saham-saham itu terjadi ketika semakin banyak perusahaan, termasuk United Airlines dan Mastercard, memperingatkan bahwa wabah virus korona akan menimbulkan kerugian pada kinerja keuangan mereka. Hal itu seiring dengan lebih banyak kasus dilaporkan terjadi di Eropa dan Timur Tengah yang jauh dari pusat wabah di China.
Para pejabat kesehatan Amerika telah meminta warga untuk bersiap menghadapi penularan virus ini di Amerika.
Dow Jones Industrial Average anjlok 879 point kemarin, atau 1.911 point dalam dua hari terakhir. Saham-saham terkait jasa perjalanan kembali terkoreksi negatif, memicu kerugian bagi American Airlines hingga 16,9 persen. Operasi kapal pesiar juga menderita kerugian hingga dua digit. [em/pp]