Tautan-tautan Akses

Kiprah Mantan Penerima Beasiswa LPDP Lulusan Perguruan Tinggi AS


Beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh kuliah di Harvard dan MIT (Foto: ilustrasi/dok: Devina)
Beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh kuliah di Harvard dan MIT (Foto: ilustrasi/dok: Devina)

Beasiswa Dana Abadi Pendidikan yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) merupakan program bergengsi yang didanai oleh pemerintah untuk mendukung mahasiswa dan profesional Indonesia dalam menempuh pendidikan tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri, termasuk di Amerika Serikat.

Untuk mengetahui kiprah para lulusan perguruan tinggi Amerika melalui program ini, VOA berupaya menjangkau beberapa dari mereka, terutama yang berasal dari wilayah Indonesia bagian timur.

Salah satu tujuan beasiswa LPDP adalah menciptakan profesional dan akademisi berketerampilan tinggi untuk mendorong kemajuan dan inovasi di Indonesia. Penerima beasiswa diharapkan menunjukkan potensi kepemimpinan dan komitmen untuk berkontribusi pada pembangunan Indonesia setelah menyelesaikan studi mereka.

Ir. Dwi Larso, MSIE, PhD adalah Direktur Beasiswa LPDP. Kepada VOA, dia menyatakan secara tertulis bahwa jumlah keseluruhan alumni per 31 Mei adalah 22.615 orang. Dari jumlah itu, yang belum kembali dan sudah dikenai sanksi berjumlah empat orang atau 0.018 persen. Ini menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan komitmen untuk pulang kembali ke tanah air selepas menempuh pendidikan di luar negeri sangat tinggi.

Sanksi Bagi Penerima Beasiswa yang Tidak Pulang

Dwi Larso, PhD, Direktur LPDP (dok. pribadi)
Dwi Larso, PhD, Direktur LPDP (dok. pribadi)

Dwi Larso mengungkapkan mereka yang memutuskan untuk tidak pulang akan dikenai sanksi berupa pengembalian semua dana yang telah dikeluarkan oleh LPDP. Keempat orang tersebut telah melunasi semua kewajiban mereka.

Selain itu, saat ini sedang berlangsung proses konfirmasi untuk 50 orang lainnya. Dalam proses ini, mereka dikontak untuk konfirmasi keberadaan masing-masing. Jika mereka berada di luar negeri tanpa izin, mereka akan diminta untuk kembali ke Indonesia. Jika tidak kembali dalam 30 hari, maka akan dikenai sanksi berupa pengembalian seluruh dana yang telah dikeluarkan oleh LPDP.

Sebagian penerima beasiswa LPDP berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi di Amerika Serikat. VOA berusaha menghubungi sebagian secara acak, terutama mereka yang berasal dari kawasan Indonesia bagian timur dan mendapat balasan positif dan tepat waktu dari dua orang. Oleh karena itu, pendapat mereka dalam tulisan ini belum tentu mencerminkan pandangan umum penerima beasiswa LPDP.

Mereka adalah Lidiah Treda Iwo dari Jayapura, Papua, dan Christina (Titien) Mega Putri Komar yang kini tinggal dan bekerja di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Keduanya telah kembali dan berkarya di Indonesia setelah memperoleh gelar Master (S2) dari universitas di Amerika Serikat. Mereka sepakat bahwa belajar di Amerika merupakan pengalaman tak terlupakan dan kesempatan itu terwujud berkat beasiswa LPDP.

Lidiah Treda Iwo berpose di depan gerbang kampus University of South Florida di Tampa, Florida (dok. pribadi)
Lidiah Treda Iwo berpose di depan gerbang kampus University of South Florida di Tampa, Florida (dok. pribadi)

Berbicara tentang kiprah mereka saat ini dan penerapan pengetahuan dari Amerika, mereka mengakui adanya rintangan dan tantangan. Namun, mereka optimistis bahwa mereka akan dapat mengamalkannya bagi kemajuan Indonesia. Mereka percaya sumbangan sebesar apapun merupakan bagian dari rajutan Indonesia yang lebih luas.

Lidiah Treda Iwo lulus dari University of South Florida di Tampa, Florida, pada tahun 2020 dengan gelar Master (S2) bidang global sustainability (keberlanjutan global) dan program minor sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan). Sekembalinya ke Jayapura, Lidiah bergabung dengan Institut Swadiri Papua sebagai dosen dan Sekretaris Program Studi Bio Kewirausahaan. Dia bertekad untuk menyebarkan ilmunya dan menginspirasi generasi mendatang.

Pembangunan SDM di Papua Perlu Kerja Keras

Lidiah giat menyebarkan ilmu yang didapatnya di Amerika dengan menjadi pembicara di berbagai forum untuk berbagi ilmu dan pengalamannya, serta mengajar. Ia sering memperkenalkan studi kasus dari seluruh dunia untuk memperluas perspektif mahasiswanya. “Jadi saya merasa punya jejaring lebih luas, dan saya menjadi pembicara yang melibatkan anak muda untuk memotivasi mereka.”

Terkait aplikasi ilmu yang diserapnya dari Amerika, dia menambahkan: “Banyak yang kita bisa pelajari dari negara lain. Kalau yang biasa saya sampaikan itu seperti istilahnya ATM - amati, tiru, modifikasi.”

Lidiah Treda Iwo bersama para mahasiswa peserta seminar(dok. pribadi)
Lidiah Treda Iwo bersama para mahasiswa peserta seminar(dok. pribadi)

Lidiah juga bekerja keras untuk meningkatkan kemahiran bahasa Inggris para mahasiswanya, yang sebagian besar berasal dari daerah terpencil dengan sumber daya pendidikan yang sangat terbatas. “Mahasiswa saya di kampus banyak yang dari daerah terpencil. Jadi, ketika mengajar, selain mata kuliah inti, saya mengajar bahasa Inggris juga. Mereka sudah lulusan SMA, tapi bahasa Inggrisnya masih setara dengan anak SD. Jadi kita perlu betul-betul sampai ke dasarnya,” katanya.

Kontribusi pada Potensi Wisata Keberlanjutan di Papua

Mengenai hubungan antara program studi dan potensi Papua, Lidiah menggambarkan betapa beragamnya keindahan Papua, dengan pantainya yang masih alami, pegunungan yang menjulang tinggi, dan danau-danau yang tidak tercemar. “Papua adalah paket wisata yang lengkap,” ujarnya penuh semangat, seraya menambahkan, “manajemen yang tepat dapat membuka potensi penuhnya.”

Pengalaman Lidiah di AS sangat memengaruhinya. Dia mempelajari pentingnya tiga P: People, Planet and Profit (Manusia, Planet, dan Keuntungan), suatu konsep program ramah lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat.

Lidiah Treda Iwo sedang memberikan pelatihan UMKM (dok. pribadi)
Lidiah Treda Iwo sedang memberikan pelatihan UMKM (dok. pribadi)

Dia mengamati bagaimana orang Amerika memprioritaskan keberlanjutan dan konservasi, sebuah pelajaran yang dibawanya kembali ke tanah air. Namun, ia mengakui adanya tantangan dalam menyelaraskan prinsip-prinsip ini dengan konteks lokal. “Konteksnya di Jayapura sangat berbeda, tetapi dengan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan, kami dapat mewujudkannya,” tegasnya.

Bantu Tingkatkan Administrasi Keuangan Daerah

Lain lagi dengan Christina (Titien) Mega Putri Komar. Ia menempuh program studi Master of Public Administration (Master Administrasi Publik) di Northeastern University di Boston, Massachusetts, dari tahun 2021 hingga 2023. Berkaca pada perjalanan akademisnya, ia mengatakan, “Saya memilih Northeastern karena mata kuliahnya mengenai keuangan Amerika sangat relevan dengan pekerjaan saya di Indonesia.” Segera setelah lulus, ia kembali ke Indonesia dan melanjutkan perannya sebagai pegawai negeri sipil di Kantor Keuangan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Christina Mega Putri Komar berpose di Kantor Gubernur NTT (dok. pribadi)
Christina Mega Putri Komar berpose di Kantor Gubernur NTT (dok. pribadi)

Studi Titien di bidang keuangan dan makroekonomi Amerika berkontribusi langsung pada pekerjaannya sebagai analis keuangan regional, di mana ia mengevaluasi dan menganalisis administrasi keuangan untuk pemerintah daerah.

“Saat melamar beasiswa LPDP, saya tahu saya ingin menekuni bidang yang sejalan dengan pekerjaan saya sebagai PNS,” jelasnya. Penyelarasan ini memungkinkannya menerapkan pengetahuannya secara efektif. “Pengetahuan yang saya peroleh di AS sangat sejalan dengan pekerjaan saya, sehingga lebih mudah untuk beradaptasi dan menerapkan ide-ide baru.”

“Specifically, saya belajar tentang keuangan Amerika dan juga secara umum makroekonomi. Nah, itu yang saya terapkan karena tugas saya sebagai PNS, khususnya sebagai seorang analis keuangan daerah, saya mengevaluasi dan menganalisis administrasi anggaran keuangan kabupaten dan kota di seluruh Nusa Tenggara Timur. Jadi, ini benar-benar sangat berfungsi rekomendasi-rekomendasi yang bisa saya berikan untuk meningkatkan administrasi keuangan daerah yang lebih baik lagi, dan akhirnya bisa ditetapkan dengan dokumen anggaran pendapatan dan belanja daerah,” jelasnya.

Kiprah Mantan Penerima Beasiswa LPDP Lulusan AS
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:08:45 0:00

Spektrum Berbagi Ilmu Lebih Luas

Mengenai penerapan ilmu yang didapatnya dari Amerika, Titien mengatakan bahwa selain sebagai PNS, dia juga menjadi dosen paruh waktu di bawah program “Praktisi Mengajar” dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

“Penerapannya sudah melebar dan saya merasa lebih positif karena bisa cross-discipline. Jadi, bukan hanya sebagai seorang PNS, tetapi juga sebagai akademisi yang mengajar mahasiswa S1, khususnya bidang administrasi publik dan kebijakan publik,” katanya.

Mata kuliah administrasi publik dan kebijakan publik diajarkannya secara online di dua universitas: Universitas Gorontalo dan Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang.

Terlepas dari peluang yang ada, Titien menyadari adanya tantangan dalam posisinya yang berada di tingkat terbawah dalam hierarki sehingga, “perlu waktu agar saran-saran saya dapat diterima,” ujarnya. Namun, ia tetap tidak terpengaruh dan berkontribusi melalui laporan staf dan rekomendasi untuk meningkatkan pengelolaan keuangan daerah.

Christina Mega Putri Komar (bediri depan-tengah) sebagai motivator dalam sebuah kegiatan komunitas (dok. pribadi)
Christina Mega Putri Komar (bediri depan-tengah) sebagai motivator dalam sebuah kegiatan komunitas (dok. pribadi)

Ke depan, Titien optimis dengan prospeknya. “Dengan kualifikasi pendidikan yang saya miliki, saya yakin ilmu yang saya peroleh dapat diterapkan secara komprehensif di berbagai departemen pemerintah,” ujarnya. Ia juga melihat potensi besar dalam peran akademisnya.

“Setelah lulus, saya menyadari bahwa saya memiliki lebih banyak peluang. Saya bisa menjadi akademisi dan berbagi keterampilan dan pengetahuan saya secara luas. Pendekatan interdisipliner ini akan meningkatkan pertumbuhan pribadi saya dan memperluas pengaruh saya,” ungkapnya.

Kisah Lidiah dan Titien menunjukkan kegigihan, dedikasi, dan keyakinan pada kekuatan pendidikan untuk mengubah kehidupan dan komunitas. Kisah mereka juga mencerminkan komitmen untuk memanfaatkan pendidikan demi kemajuan komunitas dan negara, baik dalam kerangka pemerintahan maupun dunia pendidikan.

Baik Lidiah maupun Titien setuju bahwa semua penerima beasiswa LPDP sepatutnya memenuhi komitmen mereka untuk pulang setelah menyelesaikan studi mereka di luar negeri agar bisa mendarmabaktikan ilmu dan pengalaman yang mereka peroleh di daerah masing-masing, demi pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. [lt/em]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG