Berawal dari foto-foto polaroid yang diunggah ke Instagram, model berusia 19 tahun asal Balikpapan, Laras Sekar, kini sibuk berkarir di kancah internasional. Wajahnya berhasil dilirik oleh salah satu agensi Ford Models di Paris, yang kemudian memberinya kesempatan untuk berkarir di luar negeri.
“Salah satu (pencari model) dari (Ford Models) melihat salah satu postingan aku di Instagram lewat explore Instagram. Dia menghubungi aku lewat e-mail dan bertanya ‘apakah saya siap untuk mewakili Indonesia?’ Begitulah awalnya,” papar Laras Sekar saat dihubungi oleh VOA belum lama ini.
Menjadi seorang model adalah cita-cita laras sejak dulu. Setelah lulus SMA di umur 17 tahun, Laras pindah ke Jakarta dan bergabung di agensi Native Models ID. Siapa yang menyangka jika tak lama setelah itu, karirnya langsung menanjak hingga ke Paris lalu kemudian London.
“Awalnya untuk ibuku sih susah (untuk) mendukung dan menerima aku akan pergi jauh lagi. Tapi akhirnya (orang tua) mendukung sih dan bangga dengan apa yang sudah aku capai,” ujar perempuan yang memiliki nama lengkap Laras Sekar Arum ini.
Di umurnya yang masih tergolong muda, Laras telah menuai prestasi yang membanggakan di dunia fashion internasional.
“Aku sebenarnya termasuk new face yang paling tua. Rata-rata kalau di Eropa mereka memulai karir modeling-nya dari semuda mungkin. Bahkan 13 tahun mereka sudah mulai, dan buat aku, aku tergolong yang kayak new face yang sudah tua karena sudah masuk kemarin 18 sekarang 19,” kata Laras sambil bercanda.
Selain sudah banyak muncul di berbagai majalah fashion bergengsi seperti Vogue Amerika, Vogue India, Inter/view Jerman, dan Schon London, belum lama ini ia berhasil menjadi salah satu model pendatang baru yang terpilih untuk melenggang di panggung runway, mewakili rumah mode papan atas, Yves Saint Laurent (YSL), di ajang Paris Fashion Week.
“Aku enggak menyangka gitu sih, kayak bangga banget dan senang,” ucap Laras.
Penampilannya di panggung Paris Fashion Week sempat menimbulkan kontroversi ketika ia berjalan dengan mengenakan busana yang cukup berani.
“Aku mencoba profesional sih dan aku sudah tahu apa pekerjaan yang aku jalani, dan resiko untuk mendapatkan baju-baju seperti itu tuh sudah pasti. Jadi waktu aku dapat baju itu aku enggak complain. Aku lebih berpikir, aku jalan untuk YSL jadi kayak, okay, I will do this. (Ini) bukan pakaian yang dipakai sehari-hari,” jelasnya.
Namun, di balik keglamoran dunia fashion, tetap saja ada tantangan dan perjuangan keras yang harus Laras lalui ketika bersaing dengan para model lainnya di kancah global.
“Lebih sangat menantang karena ada ribuan model yang di (luar negeri) aku harus bersaing, casting bareng mereka, terus enggak tahu hasilnya bagaimana, harus kuat mental, harus terima kalau misalnya kita itu ditolak atau mereka tidak tertarik dengan kita. Harus selalu mencoba, semua butuh proses, harus sabar, suka dukanya itu sih, lebih yang sabar nunggu, enggak seperti yang langsung dapat aja gitu,” papar Laras.
Menurut Laras, satu hal yang membedakan ketika ia berkarir sebagai model di luar negeri adalah ia diharuskan mengikuti casting untuk mendapatkan setiap pekerjaan.
“Jadi casting itu sangat penting di (luar negeri). Lumayan beda halnya dengan industri fashion di Indonesia. Di (Indonesia) kebanyakan kita direct booking. Sedangkan di (luar negeri) kita berusaha datang casting, ketemu dengan klien, harus menunggu lama untuk ketemu mereka (dan) melewati prosesnya,” tambahnya.
Dari pengalamannya, Laras ingin memotivasi para model di Indonesia yang juga ingin bisa menembus kancah internasional seperti dirinya.
“Aku ingin memotivasi model-model Indonesia. Kalau aku kan memang mengutamakan karir aku dibanding kuliah, karena pertama aku memang ingin fokus dengan apa yang aku jalani, karena aku tahu kalau modeling itu enggak selamanya. Jadi mungkin pertama itu fokus, fokus sama apa yang kamu jalani, terus postur badan, harus tahu kalau jadi model itu harus benar-benar menjaga badannya, harus punya good attitude,” kata Laras.
Selain itu Laras berpesan kepada para model untuk teliti memilih agensi yang bisa menuntun seorang model ke arah yang benar.
“Soalnya kadang beberapa model ada yang masih salah arah gitu untuk modeling. (Mereka) masih menganggap model itu seperti beauty pageant, padahal kan berbeda ya.”
Usai bekerja selama tiga bulan di Paris, Laras kemudian dilirik oleh agensi Storm Models di London dan bekerja selama satu bulan di sana. Sekembalinya dari London, Laras langsung disibukkan dengan berbagai pekerjaan di Indonesia dan kini tengah bersiap-siap untuk kembali ke Paris dan juga berencana untuk melebarkan sayapnya di New York, AS.