Tautan-tautan Akses

Kisah Perempuan Katolik Belikan Pizza untuk Pengemudi Ojol Buka Puasa


Agnes Claudia, perempuan Katolik, membelikan pizza untuk pengemudi ojek online berbuka puasa. (Foto: Koleksi Pribadi/Agnes Claudia)
Agnes Claudia, perempuan Katolik, membelikan pizza untuk pengemudi ojek online berbuka puasa. (Foto: Koleksi Pribadi/Agnes Claudia)

Aksi perempuan katolik yang memberi makanan berbuka puasa kepada pengemudi ojek online telah menarik perhatian warganet. Kisah yang viral di media sosial ini dipuji di tengah sejumlah kasus intoleransi.

Kisah viral ini telah dibagikan lebih dari 20 ribu kali di media sosial Facebook. Unggahan itu menampilkan percakapan pelanggan bernama Agnes Claudia yang memesan pizza lewat aplikasi ojek online.

Ternyata Agnes memberikan pizza itu kepada si pengemudi ojek online untuk berbuka puasa. Ketika pengemudi ojek mengucapkan terima kasih dan selamat berpuasa, Agnes meluruskan bahwa dia penganut Katolik.

Berbagi kepada sesama memang sudah tertanam dalam diri Agnes. Perempuan yang tinggal di Jakarta Barat ini mengatakan, ayahnya terus mengajarkannya untuk berbagi.

Begitu pun ketika Agnes membuka usaha sampingan jasa titipan (jastip) luar negeri, dia berkomitmen menyisihkan sebagian penghasilannya untuk amal. Ini adalah ungkapan syukurnya kepada Tuhan.

“Karena saya percaya, setiap order yang masuk itu ada campur tangan dari Tuhan. Ada aja order yang masuk, ada aja rejeki tambahan kayak gini,” ujarnya saat berbincang dengan VOA, Jumat (10/5).

Memberi Diam-Diam tapi Jadi Viral

Niat berbagi itu pun terus disimpannya. Sampai pada Selasa (7/5) sore kemarin, ketika pulang kerja dari Cikupa, Tangerang, ke Jakarta Barat, dia melihat banyak ojek di jalanan. Sekejap, dia mendapatkan ide untuk memberikan pizza kepada pengemudi ojek, Erik Rinaldo.

“Saya bayangin kalau dia bawa makanan, buat kasih orang rumah, buat keluarganya makan kan kayaknya bisa jadi berkah buat satu keluarga dia. Jadi saya pikir, ‘mau ah kayak gini,’ coba iseng,” ujar perempuan yang menjalankan usaha keluarga di industri kawat ini.

Selalu diajarkan beramal oleh sang ayah, Agnes Claudia (ketiga dari kiri) rutin mendukung kegiatan sosial. Dalam foto ini, Agnes mengikuti kegiatan di Sekolah Kami, sekolah bagi kaum dhuafa di Bekasi, saat Natal 2018. (Foto: Koleksi Pribadi/ Agnes Claudia)
Selalu diajarkan beramal oleh sang ayah, Agnes Claudia (ketiga dari kiri) rutin mendukung kegiatan sosial. Dalam foto ini, Agnes mengikuti kegiatan di Sekolah Kami, sekolah bagi kaum dhuafa di Bekasi, saat Natal 2018. (Foto: Koleksi Pribadi/ Agnes Claudia)

Pemberiannya dilakukan diam-diam. Tapi malam itu, tanpa sepengetahuannya, kisah Agnes sudah diunggah ke Facebook dan jadi ramai.

Lho, saya kaget banget. Lho, saya kan nggak ngomong ke siapa-siapa. Nggak ada yang tahu satupun karena kan niatan saya mau lakukan itu diam-diam,” kisahnya.

Di jagat maya, tak sedikit yang memberi pujian kepada Agnes. Di Facebook, akun Santi Kuswoyo menyebut pemberi pizza ‘berhati mulia’ sementara akun Maia Jordy mengatakan ‘indahnya perbedaan’.

Kisah Agnes Jadi Inspirasi Toleransi

Kisah pizza Agnes muncul di tengah beberapa kasus intoleransi sejak awal 2019. Di Bekasi, Jawa Barat, kelompok warga menolak rencana pembangunan pura. Sementara pada April, terdapat sejumlah perusakan lambang salib di pemakaman Bethesda, Yogyakarta, disusul penolakan seorang Katolik tinggal di Bantul.

Setara Institute mencatat, dalam 11 tahun terakhir, terdapat 2.240 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama.

Namun masih banyak orang yang menjunjung harmoni lintas-agama. Terbukti dengan Agnes yang menerima banyak pesan dukungan di media sosial.

Perempuan jemaat gereja St Fransiskus Asisi, Jakarta Barat, ini mengatakan ‘kaget dan terharu’ aksi kecilnya bisa jadi inspirasi.

“Kita do good, be good, tanpa melihat background dia apa. Itu tentunya akan lebih indah kalau kita benar-benar bisa hidup berdampingan. Saling toleransi sama satu sama lain, menghormati agama lain,” ujarnya.

Lewat aksinya, Agnes berharap warga Indonesia yang beragam suku dan agama bisa bersatu melawan sekat sebagaimana semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’.

“Jadi pengennya tuh kita semua dari berbeda agama, ras, dan suku itu damai-damai, rukun rukun, nggak gampang dikit-dikit kesenggol soal isu SARA dan sebagainya,” kata Agnes mengungkap harapannya. [rt]

Recommended

XS
SM
MD
LG