Perdebatan seputar masa depan Persemakmuran (Commonwealth) dan hubungan dengan Inggris dengan bekas koloni-koloninya telah dipicu oleh klaim rasisme di dalam keluarga kerajaan.
Hal itu menyusul wawancara televisi pada bulan ini oleh Pangeran Harry dan istrinya Meghan dengan tokoh media Oprah Winfrey.
Pasangan itu mengatakan, seorang anggota keluarga kerajaan, yang tidak mereka sebutkan namanya, telah mempertanyakan warna kulit putra mereka Archie sebelum lahir.
Meghan lahir dari ibu seorang kulit hitam dan ayah berkulit putih.
Pasangan itu memutuskan untuk mundur dari tugas-tugas kerajaan tahun lalu. Mereka juga menyebut kebutuhan untuk tidak diganggu oleh pers di tengah-tengah klaim bahwa liputan media yang negatif tentang Meghan bermotif rasial.
Persemakmuran terdiri dari 54 negara bekas koloni Inggris dan Ratu Elizabeth adalah pemimpinnya.
Barbados, salah satu dari negara anggota Persemakmuran, sudah merencanakan untuk mencopot Ratu sebagai kepala negara tahun ini.
Bereaksi terhadap wawancara Harry dan Meghan, mantan perdana menteri Australia, Malcolm Turnbull, menegaskan kembali seruannya agar Australia meninggalkan monarki Inggris sebagai kepala negara. Turnbull sejak lama ingin memutuskan hubungan dengan keluarga kerajaan.
Juga pemimpin oposisi Kanada Jagmeet Singh mengatakan kepada reporter, “Saya tidak melihat manfaat dari kehadiran monarki dalam kehidupan warga Kanada.”
Ratu Elizabeth terakhir kali mengunjungi Nigeria, anggota Persemakmuran negara kulit hitam dengan populasi terbanyak, pada 2003. Idayat Hassan adalah kepala Center for Democracy and Development di Abuja, dan dalam wawancara dengan VOA mengatakan, klaim bahwa ada rasisme di dalam keluarga kerajaan merupakan hal mengagetkan.
Kata Hassan, banyak warga Nigeria berpendapat bahwa perkawinan Harry dan Meghan justru mengantar sebuah bab baru.
Dalam sebuah pernyataan setelah wawancara, keluarga kerajaan mengatakan, mereka akan menanggapi klaim Harry dan Meghan secara tertutup. [jm/pp]