Keguncangan melanda negara-negara di Eropa dan sebuah kecaman keras menyusul akibat komentar terbaru mantan presiden Trump tentang komitmen AS pada persekutuan NATO.
“Salah satu presiden negara besar, berdiri, lalu bertanya, ‘Jika kami tidak membayar dan kami diserang Rusia, apakah Anda akan melindungi kami?’ Saya jawab, ‘Anda tidak membayar? Anda bermasalah?’ Dia lalu membalas, ‘Ya, katakanlah hal itu terjadi.’ Saya lalu menjawabnya lagi, ‘Tidak, saya tidak akan melindungi Anda. Bahkan, saya akan mendorong mereka untuk melakukan apapun yang mereka inginkan. Anda harus membayar. Anda harus bayar tagihan Anda,” ujar Trump.
Cuplikan pidato Trump yang disampaikan saat berkampanye di Conway, South Carolina hari Sabtu (10/2) pekan lalu ini, bukanlah pidato yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Bakal calon presiden dari Partai Republik Amerika Serikat, Donald Trump, mengubahnya untuk menyampaikan pandangannya bahwa negara-negara Eropa mengambil keuntungan dari Amerika, dan berlaku tidak adil dalam pembagian iuran dana keamanan.
Kedekatan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, serta ketidakpercayaan terhadap NATO bukanlah hal baru.
Tetapi komentar “mendorong Moskow untuk menyerang sekutu NATO ini” memicu reaksi yang lebih besar dari biasanya di Eropa.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, melalu pernyataan tertulisnya menyatakan bahwa, ‘Setiap kesan bahwa sekutu tidak akan melindungi satu sama lain merusak semua keamanan kita, termasuk keamanan Amerika Serikat, serta membuat tentara Amerika dan Eropa berada dalam risiko yang lebih besar.’
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borell, menegaskan apa yang disampaikan Stoltenberg itu.
“Mari kita serius. NATO tidak bisa menjadi aliansi yang sembarangan. NATO ada, atau tidak ada, tetapi saya tidak akan menghabiskan waktu saya untuk mengomentari ide konyol apa pun yang muncul selama kampanye pemilu di AS,” jelas Borrell.
Berbeda dari apa yang diklaim oleh Trump, tidak ada satupun negara anggota yang memiliki hutang terhadap NATO.
Pada tahun 2014, setiap negara anggota sekutu berkomitmen untuk membelanjakan 2% PDB mereka untuk pertahanan di tahun 2024.
NATO memperkirakan, pada awal tahun 2023, 10 dari 30 negara anggotanya telah mendekati angka 2% tersebut.
Meski pemilu AS baru akan berlangsung November mendatang, kebijakan luar negeri AS, khususnya terhadap Eropa, dinilai pakar sudah bergeser karena pencalonan Trump.
Sebagai Pemimpin Partai Republik, Trump diketahui telah meminta perwakilan partainya di DPR untuk tidak lagi memberikan bantuan militer AS kepada Ukraina, yang kini tengah bertahan dari serangan Rusia.
Saya kira komentar-komentar semacam konfirmasi. Tergantung bagaimana hasil dari pemilu nanti, Eropa bisa sendirian berhadapan dengan Rusia, dan Eropa bisa lebih sendirian lagi dalam perang di Ukraina,” ujar Michael Kimmage, profesor sejarah Universitas Katolik Amerika kepada VOA.
Akan tetapi, pakar lain juga menyebut bahwa Kongres telah menetapkan sejumlah kebijakan yang melindungi aliansi NATO, dan sudah menjamin keamanan Eropa sejak akhir Perang Dunia II. Seperti yang disampaikan Lindsay Newman, pakar makro-geopolitik global Eurasia Group, kepada VOA.
“Faktanya di tahun 2023, Kongres meloloskan bagian Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional yang mensyaratkan bahwa presiden, presiden mana pun, tidak dapat menarik diri secara sepihak dari NATO tanpa persetujuan Kongres,” ujar Newman.
Pakar lainnya mengatakan, presiden Amerika yang akan datang mungkin memiliki cara lain untuk melemahkan NATO selain penarikan resmi, termasuk menarik mundur pasukan AS dari Jerman, atau dengan meragukan kewajiban perjanjian Amerika untuk menghormati pasal 5 terkait timbal balik pertahanan dengan NATO.
Melalui pasal tersebut, semua sekutu NATO berkomitmen untuk membantu setiap anggota yang diserang. Pasal ini hanya pernah digunakan sekali oleh Amerika, yaitu segera setelah serangan teroris pada 11 September 2001 silam. [ti/jm]
Forum