Tautan-tautan Akses

Kompetisi Makin Ketat, Toko Buku Independen Tetap Bertahan di AS


Despite Increased Competition, Independent Bookstores Thrive in US
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:28 0:00

Walau kompetisi meningkat, toko buku independen tetap bertahan di AS

Walaupun kompetisi semakin meningkat dari jaringan toko nasional dan toko buku digital, toko buku independen menemukan cara untuk tetap bertahan di industri buku.

Selama beberapa generasi, warga Amerika mengunjungi toko buku yang dijalankan secara independen untuk membeli bahan bacaan.

Namun, dalam dua dekade terakhir, toko-toko tersebut menghadapi kompetisi yang semakin meningkat dari jaringan toko nasional begitu juga buku-buku digital yang dijual dengan potongan harga yang bisa diakses secara online.

Tampaknya toko buku independen akan segera bangkrut. Tapi, angka-angka dalam terakhir dalam industri ini menunjukkan bahwa toko-toko ini bukan hanya bertahan, tapi justru semakin berkembang.

Tidak hanya buku

Ada satu alasan sederhana kenapa Oliver Kalm yang berusia tiga tahun suka pergi ke toko buku bersama ibunya. Ia suka membaca.

“Setiap malam sebelum tidur, ia membaca paling tidak lima buku,” kata Patigul Kalm. “Membaca adalah kesukaannya.”

Oliver dan ibunya adalah beberapa di antara ribuan pengunjung reguler yang berkunjung ke Politics & Prose, toko buku independen di barat laut Washington, yang telah ada selama 30 tahun.

Pelanggan datang untuk diskusi buku yang seru, untuk mengunjungi toko kopi atau untuk menghadiri pembacaan buku harian.

Bahkan Presiden Barack Obama berkunjung ke toko tersebut dengan anak-anaknya November tahun lalu untuk menunjukkan dukungannya terhadap bisnis kecil.

Tapi dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak penduduk Amerika yang berpaling pada buku digital atau e-book sambil juga membeli buku di toko buku online dan di toko buku jaringan. Sebagai hasilnya, ada persepsi bahwa toko buku independen perlahan-lahan menghilang.

Desas desus versus kenyataan

Menurut Oren Teicher, kepala Asosiasi Toko Buku Amerika yang mewakili 1.600 toko buku ritel independen di seluruh Amerika Serikat, bukan seperti itu kenyataannya.

“Di tahun 2012, kami mendapat sekitar 8 persen peningkatan penjualan di toko-toko anggota kami," kata Teicher. "Kami mempertahankan tingkat penjualan tersebut di tahun 2013 dan kami sangat senang dengan keadaan tersebut.”
Pelanggan melihat-lihat kumpulan buku di Politics and Prose, sebuah toko buku independen di Washington, D.C. (J. Taboh/VOA)
Pelanggan melihat-lihat kumpulan buku di Politics and Prose, sebuah toko buku independen di Washington, D.C. (J. Taboh/VOA)
Teicher mengatakan satu alasan kenapa toko buku independen mempunyai tingkat penjualan yang baik karena pemiliknya sangat terlibat dengan komunitas.

Lissa Muscatine, yang, bersama dengan suaminya Bradley Graham, membeli Politics and Prose dari pemilik aslinya beberapa tahun sebelumnya, percaya bahwa toko buku independen memainkan peran penting di komunitas mereka dan menjadi lebih dihargai seiring berjalannya waktu.

“Tempat seperti itu yang dinamakan tempat ketiga. Bukan rumah, bukan kantor, tapi Anda juga tidak bisa menghiraukan tempat itu,” kata Muscatine. "Ketika hidup semakin homogen, semakin digital, semakin anonim, semakin impersonal, mereka menginginkan dan merindukan tempat untuk mereka datangi dan berinteraksi dengan sesama manusia dan saya pikir sebuah toko buku, khususnya lebih dari institusi lain dalam sebuah komunitas, memenuhi kebutuhan tersebut."

Jeanie Kahn, yang berjalan-jalan sekitar toko buku yang ikonik itu baru-baru ini dengan tumpukan buku di tangannya, membeli buku-bukunya di Politics and Prose sejak toko itu dibuka.

“Saya senang membaca dan telah menjadi pembaca yang haus bacaan dan lebih suka membeli buku di toko buku independen daripada toko buku besar atau Amazon,” kata Kahn.

Tetap trendy

Muscatine dan Graham melakukan langkah-langkah penyesuaian dengan jaman, sambil terus menjaga misi utama pendiri asli toko buku tersebut.

Graham mengatakan mereka menawarkan jasa yang mengijinkan pelanggan untuk mengunduh buku-buku ke hampir seluruh jenis e-reader kecuali Kindle, dan tetap menyediakan apa yang paling disukai pelanggan mereka.

“Kami telah berekpansi dalam beberapa area,” kata Graham, “termasuk kelas-kelas dan perjalanan literatur; [tujuan domestik dan luar negeri.] Kami punya mesin pencetak buku sendiri di toko dan kami melakukan semakin banyak acara dengan para penulis.”

Muscatine mengatakan toko buku mereka adalah tempat di mana para pelanggan bisa bertemu dan berinteraksi dengan penulis buku favorit mereka. Politics and Prose melakukan ratusan acara bersama penulis di dalam toko dalam setahun yang menampilkan penulis best-selling dan juga penulis baru. Toko buku tersebut juga menyelenggarakan acara-acara penulis di belasan lokasi di luar toko.

“Anda tidak bisa melakukan itu dengan layar komputer atau tablet Anda,” ujarnya.

Graham juga menunjukkan bahwa walaupun segmen populasi tertentu berpaling pada e-book, minat pada e-book mulai menurun.

“Anda lihat pertumbuhan e-book yang stagnan dan mereka yang membeli e-book dan membaca e-book masih membeli buku dalam bentuk tradisional,” kata Graham. “Jadi pembeli e-book paling setia tetap menjadi pembeli setia buku dalam bentuk tradisional.”

Pembaca hybrid

Survei terbaru yang dilakukan oleh Codex Group, perusahaan riset pasar buku dan consulting, menemukan bahwa sekitar 64 persen pembeli buku di Amerika membaca dalam format cetak dan digital.

“Jadi ada semacam pembaca hybrid di luar sana," kata Graham, "jadi kami yakin bahwa buku cetak tetap hidup dan terus menjadi cara utama yang disukai orang.”

Pemilik toko tersebut juga menunjukkan nilai tambah toko buku independen bagi pelanggan; staf toko yang punya pengetahuan baca yang baik dan kenal dengan buku-buku yang dijual di toko tersebut. Mereka membantu pelanggan mulai dari menemukan judul yang diinginkan, sampai membantu mereka memilih buku untuk mereka atau untuk hadiah.

Pada akhirnya, Muscatine mengatakan ada satu elemen penting lain yang membuat pelanggan kembali ke tokonya.

“Saya pikir membaca buku cetak masih memberikan pengalaman sentuh bagi orang yang tidak bisa didapatkan dari layar,” katanya.

Jeanie Kahn setuju dengan hal itu.

“Saya suka mengambil buku, merasakannya," katanya. "Saya tidak lagi membaca lewat e-reader karena saya butuh menyentuh bukunya.”

“Ada sesuatu yang tidak memuaskan memegang Kindle atau iPad untuk membaca buku," kata suaminya Marc. "Rasanya ada yang kurang.”

Entah nanti Oliver Kalm tetap membaca buku cetak atau tumbuh menjadi penggemar e-book, atau keduanya, sekarang ia punya pesan sederhana untuk pembaca segala jenis bacaan:

“Tetap membaca buku!”
XS
SM
MD
LG