Badan PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Senin (16/11), mengatakan puluhan ribu pengungsi menyebrangi perbatasan kawasan Tigraiy di Etiopia menuju ke Sudah seiring terus berkecamuknya konflik antara pasukan pemerintah dan Tigray.
Pertempuran terjadi sejak awal November lalu ketika pemerintah federal Etiopia menuding pasukan di Tigray telah terlibat dalam suatu serangan. Pemerintah kemudian melancarkan ofensif militer ke Tigray. Konflik itu membuat lebih dari 25 ribu warga Etiopia menyeberang ke Sudan.
UNHCR mengingatkan bahwa tanpa upaya menurunkan konflik, akan ada lebih banyak warga sipil yang menjadi korban. Ditambahkan bahwa kapasitas perbatasan yang hanya untuk 300 orang, kini sudah dipadati lebih dari 6.000 pengungsi.
Para pengungsi yang tiba di perbatasan mengatakan terpaksa meninggalkan rumah mereka di tengah pertempuran sengit kedua pihak.
Wakil UNHCR di Sudan Jens Hesemann, awal pekan ini mengatakan “situasi di sini kini sangat buruk.” Badan-badan bantuan, ujarnya, telah “memberikan bantuan awal, tetapi masih banyak yang harus dilakukan.”
Berbicara di New York, Senin (16/11), juru bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric menyerukan “akses kemanusiaan” di kawasan itu dan “diaktifkannya kembali saluran telekomunikasi dan kebutuhan pokok seperti pangan, obat-obatan dan bahan bakar bagi warga Tigray” yang belum mengungsi.
Penyelesaian konflik ini terbukti sulit karena pemerintahan Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed pada Senin (16/11) kembali menolak permintaan masyarakat internasional untuk melangsungkan dialog, dan ia meminta lebih banyak waktu.
Para pemimpin Uganda dan Kenya telah mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk mengakhiri krisis politik dan kemanusiaan itu secara damai. [em/ft]