Pemerintah Brazil mengumumkan bahwa sebuah konsorsium – yang terdiri dari Shell, Total, dua perusahaan China dan perusahaan milik pemerintah Brazil, Petrobras – telah memenangkan hak untuk mengembangkan sebuah ladang minyak lepas pantai yang bisa menghasilkan hingga 12 miliar barel minyak.
Ini merupakan lelang pertama yang dilangsungkan dalam kerangka hukum baru yang dimaksudkan untuk memberi Petrobras dan Brazil kontrol lebih besar atas temuan sumber minyak di wilayah negara itu. Brazil dalam beberapa tahun terakhir berhasil menemukan cadangan minyak yang tersimpan jauh di bawah air tanah dan lapisan garam yang sulit ditembus, yang volumenya diperkirakan mencapai hingga 100 miliar barel.
Keputusan pemerintah itu tidak memuaskan pihak-pihak yang menentang – yakni mereka yang menganggap undang-undang baru itu akan menciutkan minat investor potensial, dan mereka yang berusaha menghentikan penjualan terhadap pihak asing.
Sekitar 300 demonstran yang menyerukan nasionalisasi industri minyak Brazil bentrok dengan polisi di hotel dimana proses penawaran berlangsung sebelum lelang. Sejumlah demonstran menjungkirbalikkan sebuah mobil miliki sebuah stasiun televisi setempat dan membakarnya.
Di antara para demonstran tampak para pengikut Black Block, kelompok anarkis yang perannya kian berkembang dalam aksi-aksi protes di Brazil dan penampilannya dicirikan oleh pakaian dan penutup wajah berwarna hitam. Polisi sempat menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Aksi demonstrasi itu awalnya muncul karena seruan para buruh minyak yang melakukan aksi mogok, yang serikat mereka telah lama menentang keterlibatan pihak asing dalam produksi minyak Brazil.
Para pengecam pro bisnis menganggap undang-undang baru-baru itu akan menurunkan minat perusahaan-perusahaan swasta besar. Mereka juga mengatakan, undang-undang itu akan memperlambat arus investasi dan pengembangan industri minyak Brazil. Berdasarkan undang-undang baru itu, Petrobas memperoleh mandat sebagai operator tunggal setiap temuan sumber minyak dan memiliki penguasaan saham minimum sebesar 30 persen.
Ini merupakan lelang pertama yang dilangsungkan dalam kerangka hukum baru yang dimaksudkan untuk memberi Petrobras dan Brazil kontrol lebih besar atas temuan sumber minyak di wilayah negara itu. Brazil dalam beberapa tahun terakhir berhasil menemukan cadangan minyak yang tersimpan jauh di bawah air tanah dan lapisan garam yang sulit ditembus, yang volumenya diperkirakan mencapai hingga 100 miliar barel.
Keputusan pemerintah itu tidak memuaskan pihak-pihak yang menentang – yakni mereka yang menganggap undang-undang baru itu akan menciutkan minat investor potensial, dan mereka yang berusaha menghentikan penjualan terhadap pihak asing.
Sekitar 300 demonstran yang menyerukan nasionalisasi industri minyak Brazil bentrok dengan polisi di hotel dimana proses penawaran berlangsung sebelum lelang. Sejumlah demonstran menjungkirbalikkan sebuah mobil miliki sebuah stasiun televisi setempat dan membakarnya.
Di antara para demonstran tampak para pengikut Black Block, kelompok anarkis yang perannya kian berkembang dalam aksi-aksi protes di Brazil dan penampilannya dicirikan oleh pakaian dan penutup wajah berwarna hitam. Polisi sempat menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Aksi demonstrasi itu awalnya muncul karena seruan para buruh minyak yang melakukan aksi mogok, yang serikat mereka telah lama menentang keterlibatan pihak asing dalam produksi minyak Brazil.
Para pengecam pro bisnis menganggap undang-undang baru-baru itu akan menurunkan minat perusahaan-perusahaan swasta besar. Mereka juga mengatakan, undang-undang itu akan memperlambat arus investasi dan pengembangan industri minyak Brazil. Berdasarkan undang-undang baru itu, Petrobas memperoleh mandat sebagai operator tunggal setiap temuan sumber minyak dan memiliki penguasaan saham minimum sebesar 30 persen.