Tautan-tautan Akses

Konsumen Listrik di Tanah Air Mulai Lirik Panel Surya


Pegawai PLN berjalan di dekat panel sel surya di pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Desa Oelpuah, Kupang, 20 Juli 2017. (Foto: Antara/Widodo S. Jusuf via Reuters)
Pegawai PLN berjalan di dekat panel sel surya di pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Desa Oelpuah, Kupang, 20 Juli 2017. (Foto: Antara/Widodo S. Jusuf via Reuters)

Aji Tri Atmojo tinggal di rumah tradisional Jawa berdinding kayu di pinggiran Ibu Kota Jakarta. Namun rumah pedesaannya mendapat sentuhan modern setelah ia memasang deretan panel surya di atapnya.

Sejak memasangnya pada 2020 dengan biaya Rp10 juta, ia telah mengurangi separuh tagihan listrik bulanannya. Dalam lima tahun investasinya akan mencapai titik impas.

Dengan rekam jejak yang tidak merata pada energi terbarukan, bauran energi nasional masih sangat bergantung pada batu bara. Namun jika lonjakan penggunaan energi surya tersebut dipertahankan, hal itu dapat berdampak transformatif pada negara yang merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

"Karena hampir semua pembangkit listrik di Indonesia... berasal dari batu bara. Dengan cara ini (keluarga saya) bisa mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Aji kepada Reuters. Indonesia bertujuan untuk melepaskan diri dari batu bara dan menjadi netral karbon selambat-lambatnya pada 2060.

Meskipun merupakan negara kepulauan tropis dengan 17.000 pulau dan mendapat limpahan sinar matahari sepanjang tahun, Indonesia menempati urutan terakhir untuk kapasitas tenaga surya di antara negara-negara G20.

Namun permintaan tenaga surya mulai meningkat di negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, didorong oleh perubahan kebijakan, penurunan tajam harga sel fotovoltaik (PV) buatan China, dan konsumen kelas menengah yang sadar lingkungan seperti Aji, seorang insinyur. Sel fotovoltaik (PV) adalah alat yang berfungsi untuk mengkonversi tenaga surya menjadi tenaga listrik.

Dari akhir 2018 hingga November 2021, jumlah pengguna panel surya atap pribadi telah meningkat lebih dari tujuh kali lipat menjadi sekitar 4.500, dengan kapasitas terpasang 44 megawatt (MW), naik dari hanya 1,5 MW, menurut PT PLN.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Ile Ape kapasitas terpasang 200 kiloWattpeak (kWp) beroperasi di Kabupaten Lembata, NTT sejak 2011. (Foto: Humas ESDM)
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Ile Ape kapasitas terpasang 200 kiloWattpeak (kWp) beroperasi di Kabupaten Lembata, NTT sejak 2011. (Foto: Humas ESDM)

Kebutuhan Listrik Naik

Asosiasi Energi Surya Indonesia (ISEA) memperkirakan kapasitas terpasang untuk panel surya atap dapat mencapai 1.000 MW tahun depan dan meningkat antara 3.000 MW dan 5.000 MW per tahun mulai tahun 2025.

"Masyarakat menjadi lebih sadar tentang pentingnya energi terbarukan," kata Amarangga Lubis, salah satu pendiri perusahaan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC) SolarKita. "Sejak pandemi, budaya bekerja dari rumah telah terbentuk dan kebutuhan listrik di rumah meningkat."

Lubis memprediksi instalasi tenaga surya di Tanah Air selama lima tahun ke depan akan meningkat tajam. “Masyarakat akan lebih pemilih dan akan berinvestasi pada hal-hal yang lebih bermanfaat bagi lingkungan,” ujarnya.

Yang pasti, solar tetap menjadi sumber energi kecil di Indonesia yang tercatat sebagai negara pengekspor batu bara termal terbesar di dunia yang digunakan untuk pembangkit listrik.

Asap mengepul dari cerobong PLTU Suralaya di Cilegon, 21 September 2021. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)
Asap mengepul dari cerobong PLTU Suralaya di Cilegon, 21 September 2021. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)

Batu bara memberi daya sekitar 60% dari 73.000 MW kapasitas pembangkit listrik secara nasional, dibandingkan dengan 180 MW tenaga surya, yang mencakup pembangkit listrik tenaga surya dan sel PV atap pribadi.

Namun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan Indonesia memiliki potensi 400.000 MW tenaga surya.

Turunnya harga sel PV China telah mendorong kenaikan instalasi swasta karena tenaga surya yang dihasilkan dari panel lebih murah daripada listrik yang dijual dari PLN.

Sistem dari negara barat yang sebelumnya tersedia juga 10 kali lebih mahal, kata Ilham Rizky, pendiri instalasi matahari, Batara Energi.

Metode pembiayaan baru, seperti sewa panel surya untuk pengguna komersial, juga telah membantu bisnis berinvestasi di solar, kata Lubis.

Pasar Karbon

Pengguna surya komersial dapat sepenuhnya mengekspor kelebihan daya mereka ke PLN mulai Agustus, naik dari sebelumnya hanya 65 persen. Mereka juga dapat berpartisipasi dalam pasar karbon Indonesia yang akan diluncurkan pada 2025.

Selain kebutuhan komersial, Tumiwa juga mengharapkan setidaknya 2 persen dari 77 juta pelanggan rumah tangga PLN memasang sel surya dalam tiga hingga lima tahun ke depan. [ah/rs]

Recommended

XS
SM
MD
LG