Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Yati Andriyani kepada VOA, hari Minggu (23/7) menyesalkan tidak adanya perkembangan positif dalam penyelesaian kasus yang telah membutakan salah satu mata Novel Baswedan. Ia mempertanyakan profesionalisme kinerja polisi dalam mengungkap pelaku dan dalang penyiraman terhadap penyidik KPK tersebut mengingat kapabilitas yang dimiliki polisi dan petunjuk-petunjuk yang seharusnya bisa ditindaklanjuti polisi.
"Misalkan terkait dengan sidik jari, Novel itu kan diserang menggunakan cangkir kaleng. Pelaku itu kan menyentuh menggunakan cangkir kaleng itu. Sejauh mana pemeriksaan dari sidik jari dari pelaku. Ini kan penting sekali untuk ditemukan segera supaya pihak penyidik bisa menindaklanjuti mencari petunjuk-petunjuk dari sidik jari ini, siapa pihak-pihak yang terkait. Yang kedua, terkait dengan CCTV yang ada di rumah Novel, ini kan mendapat satu gambaran, itu kan sampai sekarang siapa laki-laki itu. Dua hal ini menurut kami sudah sangat cukup petunjuknya, (tapi) tidak jelas perkembangan penyidikannya sampai di mana. Jadi pertanyaan besar kepolisian sungguh-sungguh dan profesional tidak menyelesaikan kasus Novel," ujar Yati.
Untuk itu Kontras menyerukan pada Presiden Joko Widodo untuk segera membentuk tim independen guna mengungkap kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.
Menurutnya mendukung penyelesaian kasus Novel itu sama saja dengan mendukung kerja-kerja KPK atau kerja-kerja pemberantasan korupsi karena Novel diserang bukan dalam kapasitas sebagai individu, tetapi sebagai penyidik KPK. Jika kasus penyiraman terhadap penyidik KPK ini tidak selesai, lanjutnya, bukan hanya dapat menjadi preseden buruk tetapi juga menjadi ancaman nyata yang dibiarkan oleh negara. Kontras menyayangkan ketidaktegasan sikap Presiden Jokowi dalam kasus ini.
Yati menambahkan, "Ini akan berjalan lambat jika diserahkan hanya kepada kepolisian karena sebagaimana kita tahu jejak rekamnya banyak terkait pihak kepolisian. Kita tahu Novel dikriminalisasi justru oleh pihak kepolisian untuk kasus yang pernah terjadi di Bengkulu ketika dia bertugas di sana atau juga dalam kasus SIM novel bersitegang dengan pihak kepolisian. Jika diserahkan hanya ke pihak kepolisian dikhawatirkan ada tidak objektif dan ada ketidaknetralan kepolisian dalam mengungkap kasus ini."
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan telah membuat tiga sketsa wajah terduga pelaku dan menyerahkan kepada penyidik Polda Metro Jaya yang menangani kasus ini, dan juga KPK. Namun wajah yang dibuat berdasarkan keterangan saksi belum berhasil mengungkap pelaku penyiraman. Penyidik tambahnya hingga saat ini masih memperbaiki tiga sketsa tersebut
"Tiga saksimengatakan tiga muka yang berbeda, dari tiga saksi muka nya beda-beda. Yang melihatkan saksi," jelas Setyo.
Penyidik senior KPK Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tak dikenal, seusai menjalankan shalat subuh di masjid dekat kediamannya, pada 11 April lalu. Luka parah pada kedua mata Novel akibat siraman air keras tak cukup ditangani di Indonesia. Sejak 12 April 2017, Novel mendapatkan perawatan mata di sebuah rumah sakit di Singapura.
Koordinator Kontras Yati Andriyani berharap pengungkapan kasus penyiraman Novel ini menjadi prioritas Kapolda Metro Jaya yang baru, Komjen Idhal Azis. [fw/em]