Kontroversi perdebatan soal Amandemen Kedua Konstitusi Amerika tentang hak dan kontrol senjata api kembali menjadi pusat perhatian dalam konvensi nasional kedua partai utama bulan ini. Partai Republik menyoroti masalah ini Senin malam (24/8) ketika pasangan suami-istri dari St. Louis, Missouri, yang menodongkan senjata ke arah pengunjukrasa “Black Lives Matter” di depan rumah mereka karena merasa terancam, berbicara dalam konvensi partai itu untuk mendukung Presiden Donald Trump. Wartawan VOA Katherine Gypson menjelaskan perbedaan isu tentang senjata api dari sudut pandang Trump dan penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden.
Hak untuk memiliki senjata api dijamin dalam Konstitusi Amerika, yang menurut Presiden Donald Trump akan dicabut oleh Partai Demokrat jika memenangkan pemilu presiden 3 November.
“Mereka [Partai Demokrat.red] akan mengambil senjata-senjata kita. Mengambil senjata kita dan mengenyahkan Amandemen Kedua Konstitusi kita,” kata Trump.
Hak-hak yang dijamin dalam Amandemen Kedua selalu menjadi isu penting dalam diskusi politik Amerika karena peran senjata dalam pendirian negara ini. Peneliti di American University, Alex Clayton, mengatakan, “Demi mencegah terbentuknya pemerintahan tirani. Jadi ada keinginan untuk memiliki perlindungan itu setiap saat, dan hal itu mendasari dan ada di seluruh lapisan masyarakat Amerika.”
Para aktivis hak pemilikan senjata api disorot pada malam pertama Konvensi Nasional Partai Republik ketika sepasang suami istri yang juga pengacara, Mark dan Patricia McCloskey bicara. Pasangan ini menjadi terkenal di media sosial setelah menodongkan senjata ke arah demonstran “Black Lives Matter” di depan rumah mereka. “Presiden Trump akan membela hak yang dianugerahkan Tuhan pada setiap warga Amerika untuk melindungi rumah dan keluarga mereka.”
Para pendukung hak pemilikan senjata menilai pembatasan pemilikan senjata api bukan jawaban. Andrew Pollack, ayah remaja putri yang tewas dalam insiden penembakan di SMA Parkland tahun 2018 mengatakan Trump telah membuat pilihan yang tepat dengan mendukung kebijakan keamanan sekolah.
“Saya sangat percaya bahwa keselamatan anak-anak kita tergantung pada tokoh yang akan terpilih kembali ini.”
Tetapi semakin sering terjadinya insiden penembakan massal dalam beberapa tahun terakhir telah memicu demonstrasi yang menuntut aturan hukum tentang pemilikan senjata yang lebih tegas. Menurut sejumlah jajak pendapat publik, warga Amerika umumnya mendukung aturan tentang pemilikan senjata yang lebih tegas. Ini merupakan isu yang mendorong konsensus kuat dan disorot dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat pekan lalu.
Alex Clayton mengatakan, “Memusatkan perhatian pada kebijakan untuk menekan kekerasan senjata api merupakan hal yang dapat menyatukan hampir semua orang di Partai Demokrat. Jadi cukup masuk akal untuk memusatkan perhatian pada hal itu dibanding hal-hal yang lebih menantang.”
Jika terpilih dalam pilpres, mantan wakil presiden Joe Biden mengatakan akan memberlakukan pemeriksaan latar belakang yang universal, mengeluarkan larangan pemilikan senjata serbu dan mendorong “red flag laws” atau undang-undang yang melarang pemilikan senjata api bagi orang yang dinilai berisiko bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Ini merupakan reformasi yang penting, ujar mantan anggota Kongres Gabby Giffords, yang luka parah dalam insiden penembakan sembilan tahun lalu.
“Kita dapat membiarkan insiden penembakan senjata terus terjadi. Atau bertindak. Kita dapat melindungi keluarga kita, masa depan kita. Kita dapat memberikan suara. Kita dapat berada di bagian sejarah yang benar. Kita harus memilih Joe Biden,” ujar Gabby.
Dalam pemilu presiden di mana begitu banyak isu dipertaruhkan, para analis mengatakan senjata masih menjadi keprihatinan utama.
“Ada banyak hal penting dalam benak pemilih Amerika dan salah satunya adalah hak memiliki senjata. Jadi banyak isu yang membayangi ketika pemilih datang ke TPS untuk memilih kandidat yang sesuai dengan isu tersebut,” tambah Alex.
Menurut survei Pew Research bulan ini, 55% pemilih terdaftar mengatakan kebijakan tentang senjata api akan menjadi hal yang sangat penting dalam pilpres 2020 ini. [em/ii]