Polisi Texas mengatakan jumlah korban tewas akibat penembakan massal di bagian barat negara bagian itu hari Sabtu (31/8) naik menjadi tujuh orang, dan sedikitnya 20 lainnya luka-luka.
Pelaku penembakan juga tewas. Motif penembakan belum jelas.
Mengomentari jumlah korban penembakan di Odessa dan dekat Midland, Texas, itu Kepala Kepolisian Odessa Michael Gerke menyatakan "hari yang mengerikan."
Polisi mengatakan insiden bermula ketika tersangka membajak kendaraan kantor pos, kemudian berkeliling sambil menembaki orang-orang secara acak.
Penembak, yang digambarkan sebagai laki-laki kulit putih, usia 30-an, ditembak tewas setelah dikepung polisi di tempat parkir bioskop, kata pihak berwenang. Mereka tidak mengungkap motif serangan itu, yang juga melukai tiga petugas polisi.
Gerke menolak menyebut nama laki-laki bersenjata itu.
Presiden Donald Trump hari Minggu (1/9) memuji polisi di Texas atas penanganan penembakan itu, menyebutnya "situasi yang sangat sulit dan menyedihkan!" Itu adalah pembunuhan massal ketiga di Amerika, setelah dalam bulan Agustus terjadi penembakan yang menewaskan 22 orang di El Paso, Texas, dan sembilan di Dayton, Ohio.
Penjabat menteri Keamanan Dalam Negeri, Kevin McAleenan, pada acara "This Week" di stasiun TV ABC, mengatakan rentetan pembunuhan baru-baru ini "benar-benar ancaman bagi keamanan dalam negeri."(ka/ii)