Pihak berwenang telah mengidentifikasi seorang korban kecelakan Sriwijaya Air pada Senin (11/1) sementara kru penyelamat bersiap untuk mengerahkan sebuah robot yang dioperasikan jarak jauh untuk mencari kotak hitam di laut.
Pesawat Boeing 737-500 dengan 62 orang di dalamnya jatuh ke Laut Jawa dua hari lalu, beberapa menit setelah lepas landas dari bandara.
Para penyelam menyisir dasar laut pada Senin (11/1), mengangkat beberapa jenazah, barang penumpang dan serpihan pesawat hingga malam hari, kata para petugas darurat.
Okky Bisma, seorang pramugara, berhasil diidentifikasi dengan sidik jarinya, kata seorang polisi kepada para wartawan. "Semakin cepat kita bisa menemukan korban, semakin baik," kata direktur Basarnas Rasman MS.
Jet Boeing 737-500 itu dalam perjalanan ke Pontianak dari Jakarta pada Sabtu (9/1) sebelum hilang dari radar.
Insiden itu merupakan kecelakaan udara besar pertama di Indonesia sejak 189 penumpang dan awak tewas pada 2018 saat sebuah pesawat Lion Air Boeing 737 MAX jatuh di Laut Jawa tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Jenis pesawat Sriwijaya Air yang jatuh pada Sabtu (9/1) berbeda dengan jenis pesawat Lion Air yang jatuh pada 2018.
Tim pencari telah menentukan zona yang diduga merupakan lokasi jatuhnya kotak hitam dan robot yang dioperasikan dari jarak jauh akan membantu memindai dasar laut, kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono.
"Mudah-mudahan dengan puing-puing ini diambil terus, akan bisa segera ditemukan. Mungkin (Black box) masih di dalam tumpukan itu," kata Yudo kepada wartawan di atas sebuah kapal.
Nurcahyo Utomo, Seorang penyidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengatakan kepada Reuters pesawat itu kemungkinan masih utuh sebelum menghantam air, karena serpihan-serpihan yang ditemukan sejauh ini tersebar di area yang tidak terlalu luas di bawah air. [vm/jm]