Korea Selatan, Selasa (28/7) menyatakan telah mendapat persetujuan AS untuk menggunakan bahan bakar padat untuk sejumlah kendaraan peluncur ruang angkasa. Persetujuan itu, menurut sejumlah pakar, akan memungkinkan Seoul meluncurkan satelit-satelit pemantau pertamanya dan mengembangkan teknologi untuk membangun rudal yang lebih kuat.
Bahan bakar padat dapat memperbesar mobilitas misil dan roket serta mengurangi waktu persiapan dalam peluncuran.
Washington selama ini telah memberlakukan pembatasan ketat terhadap Seoul karena khawatir itu dapat digunakan untuk memproduksi misil yang lebih besar dan memicu perlombaan senjata regional.
Pada Selasa, pemerintah Korea Selatan menyatakan, Seoul dan Washington telah sepakat untuk merevisi pedoman bilateral terkait misil untuk mencabut beberapa pembatasan tersebut.
Kim Hyun-chong, Wakil Penasehat Keamanan Nasional Korea Selatan mengemukakan, “Mulai 28 Juli 2020 hari ini, Korea Selatan akan mengadopsi pedoman rudal yang direvisi dengan AS, yang mencabut beberapa pembatasan penggunaan bahan bakar padat untuk roket-roket peluncur antariksa.”
Kepada para wartawan, Kim Hyun-chong, wakil penasehat keamanan nasional itu mengemukakan, semua lembaga riset, perusahaan dan individu kini bebas mengembangkan dan memproduksi roket-roket peluncur antariksa yang menggunakan bahan bakar padat.
“Mulai hari ini, 28 Juli 2020, semua perusahaan, lembaga penelitian, perusahaan dan individu Korea Selatan kini bebas untuk meneliti, mengembangkan, memproduksi, dan memiliki tidak hanya bahan bakar cair tapi juga bahan bakar padat dan berbagai jenis roket peluncur antariksa, tanpa batasan apa pun,” tambahnya.
Kim mengemukakan, kesepakatan yang direvisi itu masih menghalangi Korea Selatan untuk memiliki misil yang berdaya jangkau lebih dari 800 kilometer. Namun, ia menyampaikan bahwa Seoul bisa mendiskusikan perubahan terkait pembatasan itu dengan Washington jika diperlukan bagi keamanan nasional Korea Selatan.
Kim juga menambahkan, bahan bakar padat tersebut jauh lebih murah daripada bahan bakar cair dan lebih berdaya guna dalam peluncuran satelit-satelit yang mengorbit dengan ketinggian yang lebih rendah. Ia kemudian mengungkapkan, Korea Selatan dapat menggunakan roket-roker berbahan bakar padat untuk meluncurkan satelit-satelit pemantau militer. Sejauh ini, Korea Selatan tidak memiliki satelit intelijen.
Kemampuan rudal Korea Selatan lebih rendah dibandingkan saingannya, Korea Utara. Pada tahun 2017, Korea Utara melakukan tiga kali uji coba rudal balistik antarbenua sebagai bagian dari upaya untuk membangun misil bertenaga nuklir yang mampu mencapai daratan AS. [mg/lt]