Negara-negara Afrika mempunyai pengaruh yang cukup besar di PBB, termasuk di Dewan Keamanan. Ini menjadi salah satu faktor pendorong upaya perhatian dan bantuan yang lebih serius untuk benua berpenduduk 1,3 miliar itu.
Korea Selatan yang mengundang para pemimpin negara-negara Afrika ke KTT Korea-Afrika pertama, memperluas investasinya di Afrika. Pada saat bersamaan, Rusia juga melakukan pendekatan lebih jauh di beberapa negara Afrika.
Dalam pidatonya sebagai tuan rumah KTT Korea-Afrika, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeo, Selasa (4/6), mendesak negara-negara Afrika untuk mengambil langkah yang lebih tegas dalam kampanye tekanan internasional terhadap Korea Utara.
Korea Utara baru-baru ini mempercepat uji coba sistem senjata berkemampuan nuklir dan menerbangkan ratusan balon untuk menjatuhkan berton-ton sampah dan kotoran ke Korea Selatan, seiring memburuknya hubungan kedua Korea yang terpecah akibat perang.
Lima puluh empat negara Afrika merupakan blok penting di PBB dan memiliki tiga kursi bergilir di Dewan Keamanan. Perwakilan dari 48 negara Afrika, termasuk 25 kepala negara, menghadiri KTT dua hari di Korea Selatan, di mana pembicaraan diperkirakan berfokus pada bisnis, perdagangan dan investasi.
“Dalam rangka menanggapi perubahan iklim, para pemimpin dan anggota yang berpartisipasi telah sepakat untuk membentuk struktur pendanaan iklim yang mencerminkan kebutuhan Afrika untuk menanggapi ancaman tersebut. Selain itu, Korea Selatan telah memutuskan untuk memperluas proyek-proyek seperti 'K-Ricebelt' yang dapat membantu memperkuat swasembada pangan Afrika," jelas Yoon Suk Yeol.
Perdagangan dengan negara-negara Afrika saat ini menyumbang kurang dari dua persen dari total impor dan ekspor Korea Selatan.
Afrika memiliki 30 persen cadangan mineral penting di dunia, yang sangat diperlukan dalam transisi energi global, termasuk krom, kobalt, dan mangan.
Kantor Yoon mengatakan bahwa bermitra dengan benua itu sangat penting. Yoon mengatakan Korea Selatan akan meningkatkan bantuan pembangunan untuk Afrika menjadi $10 miliar dalam enam tahun ke depan.
Mohamed Ould Ghazouani, Presiden Mauritania sekaligus Ketua Uni Afrika mengatakan, “Kami senang melihat keputusan Korea Selatan untuk mendukung bantuan pembangunan hingga 10 miliar dolar AS pada tahun 2030, dua kali lipat dari jumlah sebelumnya, dan juga mencadangkan 14 juta dolar AS untuk investasi produktif dalam sektor-sektor penting seperti perdagangan, teknologi baru, energi, pangan, keamanan, sumber daya manusia, dan infrastruktur.”
Korea Selatan adalah salah satu pembeli energi terbesar di dunia dan produsen semikonduktor terkemuka serta mobil terbesar kelima di dunia, Hyundai Motor Group, yang mendorong penggunaan mobil bertenaga listrik.
Selain Korea Selatan dan China, Rusia juga mengincar negara-negara Afrika.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov Senin malam tiba di Kongo dalam kunjungan terbarunya ke Afrika Barat, di mana kudeta dan ketidakpuasan yang meningkat dengan sekutu tradisional seperti Prancis dan Amerika Serikat telah berkontribusi pada pergeseran beberapa negara ke arah Moskow.
Lavrov telah mengunjungi benua Afrika beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir ketika Rusia mencari dukungan - atau setidaknya netralitas - dari banyak dari 54 negara di benua itu di tengah-tengah invasi Rusia ke Ukraina. Ia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Kongo Denis Sassou N'Guesso di kota Oyo pada hari Selasa. [my/ka]
Forum