Korea Utara, Jumat (22/9) mengisyaratkan kemungkinan negara itu melakukan uji coba bom hidrogen di Samudera Pasifik, setelah pemimpin negara itu, Kim Jong-un memperingatkan bahwa ia akan menghadapi ancaman Presiden Amerika Donald Trump dan sanksi-sanksi baru dengan tindakan provokatif yang sepadan.
Menurut kantor berita Yonhap, Menteri Luar Negeri Ri Yong Ho mengatakan kepada pers bahwa uji coba tersebut akan menjadi tanggapan negaranya terhadap ancaman Presiden Trump yang dilontarkan dalam pidato di Majelis Umum PBB awal pekan ini untuk “menghancurkan sepenuhnya” rezim Korea Utara.
Pernyataan Ri, yang dikemukakan di sela-sela pertemuan di PBB, muncul hanya beberapa jam setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan Trump akan membayar mahal ancaman-ancamannya itu. Ri Yong Ho mengatakan tanggapan negaranya terhadap ancaman Trump itu “mungkin berupa peledakan sebuah bom hidrogen yang paling kuat di Pasifik.” Uji coba semacam itu akan melintasi wilayah angkasa Jepang.
Pyongyang melakukan uji nuklirnya yang ke-enam dan terbesar pada awal bulan ini. Tetapi semua bom nuklirnya sebelumnya diledakkan di fasilitas di bawah tanah. Uji coba nuklir terbuka yang terakhir dilaporkan dilakukan oleh China sebelum tahun 1980, sebut Badan Energi Atom Internasional.
Amerika dan Uni Soviet meledakkan banyak bom atom di laut dan atmosfer bagian atas sebelum menandatangani perjanjian larangan uji coba nuklir tahun 1963 yang melarang uji coba senjata nuklir di atmosfer. [uh/lt]