Korea Utara pada Jumat (1/11) membual tentang uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) terbarunya, dan menyebutnya sebagai “yang terkuat di dunia,” sebuah klaim yang dipandang oleh para ahli dari luar sebagai propaganda meskipun uji coba tersebut menunjukkan kemajuan dalam upaya Korea Utara untuk membangun persenjataan yang lebih andal.
Sebuah rudal yang diluncurkan oleh Korea Utara pada hari Kamis terbang lebih tinggi dan bertahan di udara lebih lama dibandingkan senjata lain yang pernah ditembakkan oleh negara tersebut sejauh ini. Hal itu menandakan bahwa Korea Utara telah mencapai kemajuan dalam memperoleh ICBM bersenjata nuklir yang dapat mencapai daratan AS. Namun para pakar asing menilai bahwa negara tersebut masih memiliki beberapa masalah teknologi yang harus dikuasai sebelum memperoleh ICBM yang berfungsi seperti itu.
Pada hari Jumat, kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, mengidentifikasi rudal tersebut sebagai ICBM “Hwasong-19” dan menyebutnya sebagai “rudal strategis terkuat di dunia” dan “sistem senjata yang tersempurnakan.”
KCNA mengatakan pemimpin Kim Jong Un mengamati peluncuran tersebut, menggambarkannya sebagai “aksi militer yang tepat” untuk mengungkapkan tekad Korea Utara untuk menanggapi tindakan musuh-musuhnya yang meningkatkan ketegangan dan ancaman terhadap keamanan nasional Korea Utara. KCNA melaporkan bahwa Kim berterima kasih kepada para ilmuwan senjata karena telah menunjukkan “kemampuan serangan nuklir strategis yang tiada banding” Korea Utara.
Militer Korea Selatan sebelumnya mengatakan bahwa Korea Utara bisa saja menguji coba rudal berbahan bakar padat, namun pernyataan KCNA pada hari Jumat tidak menyebutkan bahan bakar apa yang digunakan ICBM Hwasong-19. Para pengamat mengatakan warna api pembuangan yang terlihat pada foto-foto peluncuran media Korea Utara menunjukkan bahwa ICBM baru tersebut menggunakan bahan bakar padat.
Sebelum uji coba pada hari Kamis, ICBM tercanggih Korea Utara dikenal sebagai rudal "Hwasong-18", yang menggunakan bahan bakar padat. Propelan padat yang sudah dimuat sebelumnya memudahkan pergerakan rudal dan memerlukan waktu persiapan peluncuran yang jauh lebih singkat dibandingkan propelan cair yang harus dibakar sebelum lepas landas. Prose tersebut mempersulit lawan untuk mendeteksi peluncuran rudal berbahan bakar padat.
Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Utara telah melaporkan kemajuan yang stabil dalam upayanya memperoleh rudal berhulu ledak nuklir. Banyak pakar asing percaya bahwa Korea Utara kemungkinan besar memiliki rudal yang dapat melancarkan serangan nuklir ke seluruh Korea Selatan, namun negara tersebut belum memiliki rudal nuklir yang dapat mencapai daratan AS.
Terdapat pertanyaan mengenai apakah Korea Utara telah memperoleh teknologi untuk melindungi hulu ledak dari lingkungan bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi saat masuk kembali ke atmosfer. Banyak analis asing mengatakan Korea Utara juga harus meningkatkan sistem kendali ketinggian dan panduan rudal. Mereka mengatakan Korea Utara memerlukan kemampuan untuk menempatkan banyak hulu ledak pada satu rudal untuk mengalahkan pertahanan rudal para pesaingnya. [ab/lt]
Forum