Tautan-tautan Akses

Korea Utara Tutup Beberapa Kedutaan Besar di Seluruh Dunia


Bendera Korea Utara berkibar di kompleks kedutaan di Kuala Lumpur, 19 Maret 2021. (Foto: AFP)
Bendera Korea Utara berkibar di kompleks kedutaan di Kuala Lumpur, 19 Maret 2021. (Foto: AFP)
Korea Utara siap menutup belasan kedutaan besarnya di sejumlah negara, termasuk di Spanyol, Hong Kong, dan beberapa negara di Afrika, menurut laporan media dan analis. Keputusan tersebut merupakan langkah yang dapat menyebabkan hampir 25 persen penutupan misi diplomatik Korea Utara di seluruh dunia.

Penutupan misi diplomatik Korea Utara baru-baru itu merupakan tanda bahwa negara tertutup tersebut kesulitan untuk menghasilkan uang dari luar negeri sebagai dampak atas sanksi internasional, kata Kementerian Unifikasi Korea Selatan pada Selasa (31/10).

Kantor berita Pemerintah Korea Utara KCNA, Senin (30/10), mengatakan para duta besar negara tersebut melakukan kunjungan “perpisahan” kepada para pemimpin Angola dan Uganda pada minggu lalu. Media lokal di kedua negara Afrika itu melaporkan penutupan kedutaan besar Korea Utara di sana.

Angola dan Uganda telah menjalin hubungan persahabatan dengan Korea Utara sejak 1970an. Keduanya mempertahankan kerja sama militer dan menyediakan sumber mata uang asing untuk proyek-proyek tertentu, seperti proyek pembangunan patung.

Bendera Korea Utara berkibar di samping kawat berduri di kedutaan Korea Utara di Kuala Lumpur, Malaysia, 9 Maret 2017. (Foto: REUTERS/Edgar Su)
Bendera Korea Utara berkibar di samping kawat berduri di kedutaan Korea Utara di Kuala Lumpur, Malaysia, 9 Maret 2017. (Foto: REUTERS/Edgar Su)

Penutupan kedutaan akan menjadi "salah satu perombakan kebijakan luar negeri terbesar di negara ini dalam beberapa dekade.” Keputusan itu akan berdampak pada keterlibatan diplomatik, kerja kemanusiaan di Korea Utara yang terisolasi, serta kemampuan untuk menghasilkan pendapatan ilegal, tulis Chad O' Carroll, pendiri situs web NK Pro yang berfokus pada Korea Utara.

Lebih dari 12 misi diplomatik Korea Utara mungkin akan ditutup, kemungkinan besar karena sanksi internasional, kecenderungan Pyongyang melepaskan diri secara global, dan kemungkinan melemahnya perekonomian Korea Utara, katanya dalam sebuah laporan pada Rabu (1/11).

Kementerian Unifikasi Seoul, yang menangani urusan antar-Korea, mengatakan penarikan diri tersebut mencerminkan dampak sanksi internasional yang bertujuan membatasi pendanaan program nuklir dan rudal Korea Utara.

“Mereka tampaknya menarik diri karena bisnis penghasil mata uang asing mereka terpuruk akibat semakin ketatnya sanksi dari masyarakat internasional, sehingga sulit untuk mempertahankan kedutaan lebih lama lagi,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan. “Ini bisa menjadi pertanda situasi ekonomi Korea Utara yang sulit, di mana sulit untuk mempertahankan hubungan diplomatik yang minimal dengan negara-negara yang secara tradisional bersahabat.”

Korea Utara memiliki hubungan formal dengan 159 negara, tetapi memiliki 53 misi diplomatik di luar negeri, termasuk tiga konsulat dan tiga kantor perwakilan, hingga negara tersebut menarik diri dari Angola dan Uganda, menurut kementerian tersebut.

Korea Utara juga akan menutup kedutaan besarnya di Spanyol, dan misinya di Italia menangani urusan di negara tetangga tersebut, kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan.

Bendera Rusia dan Korea Utara berkibar di stasiun kereta api dekat perbatasan kedua negara, di pemukiman timur jauh Khasan, Rusia, 23 April 2019. (Foto: REUTERS)
Bendera Rusia dan Korea Utara berkibar di stasiun kereta api dekat perbatasan kedua negara, di pemukiman timur jauh Khasan, Rusia, 23 April 2019. (Foto: REUTERS)

Korespondensi dengan Partai Komunis Spanyol yang dipublikasikan di situs partai tersebut menunjukkan Kedutaan Korea Utara mengumumkan rencana penutupan itu melalui surat tertanggal 26 Oktober.

Kedutaan Besar Korea Utara di Madrid menjadi sorotan setelah anggota kelompok yang berupaya menggulingkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan aksi pembobolan pada 2019. Dalam aksi tersebut mereka mengikat dan menyekap para staf sebelum pergi dengan membawa komputer dan perangkat lainnya.

Pyongyang mengutuk insiden tersebut sebagai "pelanggaran berat terhadap kedaulatan dan serangan teroris.” Korea Utara juga menuduh Amerika Serikat enggan melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap kelompok tersebut dan menolak untuk mengekstradisi pemimpinnya. [ah/rs]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG