Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) bersiap untuk kemungkinan uji coba nuklir Korea Utara di tengah ketegangan yang semakin meningkat setelah peringatan yang disampaikan oleh Pyongyang pada minggu ini bahwa mereka siap untuk menggunakan senjata nuklir untuk melawan negara tetangga selatannya.
Uji coba nuklir akan menjadi yang pertama di Korea Utara sejak 2017, mengakhiri moratorium yang diberlakukan sendiri oleh negara tersebut. Para ahli mengatakan bahwa retorika agresif baru-baru ini dari Korea Utara kemungkinan akan mendorong pemerintahan Biden dan pemerintahan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol yang akan datang untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Pyongyang.
Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan wakil direktur departemen Komite Sentral Partai Buruh Korea, meningkatkan ketegangan dengan pernyataannya yang dilaporkan secara luas pada Selasa (5/4).
“Jika Korea Selatan memilih untuk melakukan konfrontasi militer dengan kami, pasukan tempur nuklir kami pasti harus melaksanakan tugasnya,” katanya.
Kim Yo Jong berperan sebagai corong Korea Utara untuk menyerang Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Peringatan itu disampaikan setelah serangkaian uji coba rudal yang dimulai pada 5 Januari, termasuk peluncuran terbaru rudal balistik antarbenua pada 24 Maret yang mampu mencapai AS.
Dalam jumpa pers, pada Rabu (6/4), Kim Sung, wakil khusus AS untuk Korea Utara, mengatakan dia enggan berspekulasi tentang peluncuran lebih lanjut oleh Korea Utara. “Tapi saya kira bisa jadi ini itu akan menjadi peluncuran rudal lainnya. Bisa juga itu akan merupakan uji coba nuklir,” ujarnya. [lt/jm]