Lee Wan Koo, yang baru terpilih menjadi perdana menteri Korea Selatan, mengatakan kepada parlemen minggu ini ia ingin memulangkan orang-orang yang telah ditawan Korea Utara selama lebih dari 60 tahun. Ia juga ingin membebaskan warganya yang diculik Korea Utara. Sebagian besar dari mereka adalah tahanan perang yang ditawan Korea Utara sejak tahun 1953.
Salah satu cara adalah membayar uang kepada Korea Utara seperti yang dilakukan Jerman Barat kepada Jerman Timur semasa Perang Dingin untuk membebaskan ribuan tahanan perang. Program itu disebut “Freikauf”.
Lee mengatakan program semacam itu patut dipertimbangkan dan ia akan memerintahkan kajian lebih menyeluruh tentang hal tersebut.
Korea Selatan yakin lebih dari 500 tahanan perang, yang ditangkap Korea Utara sebelum berakhirnya Perang Korea tahun 1953, masih ditawan disana. Sejak berakhirnya perang itu, Korea Utara diduga telah menangkap dan menculik ratusan orang Korea Selatan lain karena berbagai alasan.
Choi Sung-yong mengatakan agen-agen Korea Utara menculik ayahnya tahun 1967, yang saat itu bekerja menangkap ikan dekat perbatasan kedua negara itu. Choi sekarang memimpin organisasi bernama Perwakilan Persatuan Keluarga Orang-orang Yang Diculik.
Choi mengatakan ayahnya diculik karena ia adalah seorang kolonel angkatan laut Korea Selatan yang terkenal semasa perang.
Ia mengatakan Korea Utara mengadili dan lalu menghukum mati ayahnya. Ayahnya, kata Choi, lalu menjadi korban penculikan pertama yang diberi penghargaan oleh Presiden Park Geun-hye.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan pertama kali mengajukan gagasan pembayaran ini beberapa tahun lalu. Dengan program “Freikauf”, Jerman Barat saat itu membayar lebih dari 50.000 dollar per tahanan.
Dukungan terhadap gagasan ini lemah di kalangan warga Korea Selatan. Banyak orang khawatir program semacam itu, yang bagaikan membayar uang tebusan kepada penculik, dapat memicu lebih banyak penculikan di masa depan. Korea Utara, kata mereka, bisa meminta uang dalam jumlah luar biasa atau menggunakan uang itu untuk membiayai program nuklirnya.
Sejumlah korban penculikan dipaksa bekerja di pabrik atau tambang dengan kondisi yang buruk. Banyak keluarga dari para tahanan perang itu tidak tahu apakah kerabat mereka masih hidup.