Korea Selatan, pada Rabu (26/4), setuju untuk tidak mengejar program senjata nuklir, sebagai imbalan atas peran pengambilan keputusan yang lebih besar dalam perencanaan darurat Amerika Serikat jika terjadi serangan nuklir Korea Utara dan kehadiran AS yang lebih kuat di wilayah tersebut.
Kesepakatan itu adalah bagian dari apa yang disebut Deklarasi Washington, yang diumumkan pada Rabu, di saat Presiden Joe Biden menjamu Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam lawatan kenegaraan untuk merayakan 70 tahun hubungan bilateral kedua negara dan membahas hubungan masa depan sekutu.
“Perjanjian pertahanan bersama kami sangat kuat, dan itu mencakup komitmen kami untuk memperpanjang pencegahan,” kata Biden dalam konferensi pers bersama Gedung Putih dengan Yoon. Ia merujuk pada perjanjian 1953 yang ditandatangani pada akhir Perang Korea yang mewajibkan Amerika Serikat membantu Korea Selatan untuk mempertahankan diri, terutama dari Korea Utara.
Biden mengulangi kalimat dari Tinjauan Postur Nuklir 2022 pemerintahannya bahwa serangan nuklir terhadap AS atau sekutu dan mitranya tidak dapat diterima dan akan mengakibatkan berakhirnya rezim tersebut.
Berbicara melalui seorang penerjemah, Yoon menilai Deklarasi Washington sebagai “perluasan dan penguatan yang belum pernah terjadi” dari strategi pencegahan yang diperluas – istilah yang juga dikenal sebagai payung nuklir Amerika Serikat. Ia mengatakan, Amerika Serikat akan menanggapi serangan terhadap sekutu dan mitra "di seluruh spektrum kemungkinan skenario nuklir dan nonnuklir."
“Kedua negara kami sepakat untuk segera melakukan konsultasi bilateral tingkat presiden jika terjadi serangan nuklir Korea Utara dan berjanji akan menanggapi dengan cepat, luar biasa, dan tegas menggunakan kekuatan penuh aliansi, termasuk (dengan menggunakan) senjata nuklir Amerika Serikat,” kata Yoon. [ka/jm]
Forum