Korea Selatan mengatakan, Kamis (18/6), pihaknya tidak melihat adanya aktivitas Korea Utara yang mencurigakan, satu hari setelah Pyongyang mengancam akan melakukan tindakan provokatif di kawasan perbatasan,
Korea Utara mengatakan akan mengirim pasukan ke kawasan-kawasan di mana berdiri pusat-pusat kerja sama antar Korea yang kini tidak lagi beroperasi. Negara itu juga akan membangun pos-pos jaga dan memulai kembali latihan-latihan militer di dekat perbatasan Korea Selatan. Tindakan-tindakan itu, jika direalisasikan, merupakan pelanggaran atas kesepakatan-kesepakatan yang dicapai pada tahun 2018 yang melarang kedua Korea mengambil sikap bermusuhan terhadap satu sama lain.
Kim Jun-rak, juru bicara Kantor Ketua Gabungan Kepala-kepala Staf militer Korea Selatan, mengatakan kepada wartawan, tidak ada indikasi Korea Utara telah mulai merealisasikan ancaman-ancamannya itu. Ia mengatakan, Korea Selatan akan mempertahankan kesiagaan militernya untuk mengatasi berbagai situasi.
Militer Korea Selatan, Rabu (18/6), memperingatkan bahwa Korea Utara akan menghadapi konsekuensi jika melanggar kesepakatan-kesepakatan itu, namun tidak merinci apa konsekuensi tersebut.
Kedua negara yang bersaing itu telah meningkatan sikap bermusuhan mereka dalam beberapa hari terakhir. Pyongyang mengeluarkan retorika-retorika sengit terkait selebaran-selebaran propaganda yang diterbangkan sejumlah aktivis Korea Selatan lewat balon-balon ke Korea Utara. Korea Utara, Senin lalu, menghancurkan kantor kerjasama antar-Korea yang dibangun dengan dana dari Korea Selatan tapi berada di wilayahnya.
Banyak pakar mengatakan, Korea Utara meningkatkan tekanannya terhadap Seoul dan Washington karena ekonominya kian buruk akibat sanksi-sanksi yang diprakarsai AS dan wabah virus corona. Diplomasi nuklir antara Pyongyang dan Washington juga tidak mengalami kemajuan setelah lebih dari setahun. [ab/uh]