Korea Utara menembakkan dua rudal balistik lagi hari Kamis, menurut Korea Selatan, membuat Januari sebagai bulan tersibuk dalam peluncuran rudal Korea Utara selama ini.
Militer Korea Selatan menyatakan Korea Utara meluncurkan apa yang diduga rudal balistik jarak pendek ke arah laut di lepas pantai timurnya, sekitar pukul 8 pagi.
Disebutkan bahwa rudal-rudal itu diluncurkan dari daerah di dekat Hamhung, kota di pesisir timur Korea Utara, dan menempuh jarak sekitar 190 kilometer pada ketinggian 20 kilometer.
PM Jepang Fumio Kishida Kamis menyebut uji coba itu “sangat disesalkan.”
Sejauh ini pada bulan Januari Korea Utara telah melakukan enam uji coba, menembakkan sedikitnya 10 rudal ke arah laut. Menurut para analis, ini adalah peluncuran rudal terbanyak oleh Korea Utara dalam satu bulan saja, jika rudal-rudal jelajah dihitung dalam uji coba tersebut.
Kegiatan Korea Utara ini tampaknya, setidaknya antara lain dimaksudkan untuk menekan AS dan Korea Selatan, yang telah menyerukan agar Korea Utara kembali ke perundingan nuklir.
Mark Lambert, deputi asisten menteri luar negeri AS urusan Jepang dan Korea, Rabu mengatakan, AS akan “ke mana pun” dan “membahas apa pun” dengan Korea Utara.
“Kami harus melakukan diskusi serius mengenai denuklirisasi Korea Utara, dan jika Korea Utara bersedia melakukan itu, semua hal menjanjikan dapat terwujud,” kata Lambert dalam acara online yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and International Studies.
Korea Utara telah menolak terlibat dalam pembicaraan, dengan menyatakan AS harus lebih dahulu membuat konsesi militer dan ekonomi.
Korea Utara memiliki beberapa kemungkinan motivasi dalam melakukan uji coba rudal, termasuk membantu meningkatkan dukungan politik dalam negeri bagi pemimpin Kim Jong Un, memastikan kinerja senjata baru dan menunjukkan kemampuan pencegahan.
“Sebagian pengamat menyatakan bahwa rezim Kim sering melakukan peluncuran sebagai cara menarik perhatian, tetapi Pyongyang berupaya keras dalam apa yang dianggapnya sebagai perlombaan senjata dengan Seoul,” kata Leif-Eric Easley, dosen kajian internasional di Ewha Womans University di Seoul.
“Rezim Kim mengembangkan keragaman senjata penyerang yang mengesankan terlepas dari keterbatasan sumber daya dan tantangan ekonomi yang serius,” kata Easley. “Beberapa tes tertentu oleh Korea Utara bertujuan untuk membangun kemampuan baru, khususnya dalam menghindari sistem pertahanan rudal. Peluncuran lainnya dimaksudkan untuk menunjukkan kesiapan dan kemampuan kekuatan rudal yang telah dikerahkan Korea Utara,” lanjutnya.
Awal pekan ini, Korea Utara meluncurkan sepasang rudal jelajah. Bulan ini, negara itu juga melakukan dua uji coba apa yang disebutnya sebagai rudal hipersonik, meluncurkan dua rudal balistik dari kereta, dan menembakkan sepasang rudal kendali taktis dari sebuah bandara di Pyongyang.
Departemen Luar Negeri AS Rabu mengecam peluncuran itu, dengan menyatakannya sebagai pelanggaran terhadap banyak resolusi Dewan Keamanan PBB dan merupakan ancaman bagi negara-negara tetangga Korea Utara dan masyarakat internasional.
Uji coba terbaru Korea Utara itu berlangsung setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden dikabarkan menetapkan duta besar baru untuk Korea Selatan. Menurut beberapa laporan media, Philip Goldberg, duta besar karier yang kini menjabat duta besar AS untuk Kolombia, dipilih untuk posisi tersebut.
Gedung Putih belum mengumumkan secara resmi penunjukan itu.
Media Korea Selatan memusatkan perhatian pada pengalaman Goldberg dari tahun 2009 hingga 2010 sebagai koordinator penerapan sanksi-sanksi PBB terhadap Korea Utara.
AS awal bulan ini memperketat sanksi terhadap Pyongyang, menerapkannya pada lima warga Korea Utara yang dituduh membantu pengadaan pasokan untuk program senjata Korea Utara. [uh/ab]