Usaha Korea Utara untuk menghindari sanksi internasional telah mendapat bantuan dari perusahaan yang terdaftar di Inggris, demikian temuan penyelidikan oleh Royal United Services Institute yang berbasis di London.
Laporan itu menjelaskan bagaimana perusahaan yang terdaftar di Inggris digunakan untuk mengoperasikan kapal kargo yang menyelundupkan batu bara keluar dari Korea Utara. Batu bara adalah sumber pendapatan ekspor terbesar negara itu.
Pendapatan dari perdagangan itu menjadi dana penting untuk program nuklir dan balistik Pyongyang, demikian menurut DK PBB.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan PBB telah memberlakukan sanksi terhadap Korea Utara sehubungan usahanya membuat senjata nuklir.
“Entitas yang terdaftar di Inggris itu dipakai sebagai perusahaan bayangan dan pemilik kapal yang pada intinya terlibat dalam penyelundupan ilegal batu bara Korea Utara. Hal itu merupakan pelanggaran atas resolusi DK PBB,” kata Hamish MacDonald, penulis laporan itu.
Laporan itu merinci bagaimana Korea Utara bisa mengakses sistem finansial Amerika dan internasional dengan menggunakan jaringan kompleks terdiri dari aktor global dan struktur perusahaan. Salah satunya adalah Weihai World Shipping Freight yang berbasis di China.
Dalam laporan tersebut, enam kapal dari perusahaan itu diidentifikasi terlibat dalam penyelundupan batu bara Korea Utara. Empat di antaranya dimiliki oleh perusahaan yang terdaftar di Inggris. Satu kapal, Lucky Star, memuat batu bara di Korea Utara Januari lalu. Lainnya, Asia Bridge, memuat batu bara di Nampo, Korea Utara pada awal Agustus.
“Jaringan di belakang perusahaan bayangan melakukan ini untuk sejumlah alasan, termasuk mengaburkan asal-usul dari jaringan, yang sudah dikenakan sanksi PBB. Mereka juga memanfaatkan sistem Inggris ini sebagai sebuah kedok yang mencerminkan status terhormat guna mengurangi tingkat pengawasan dari kegiatan mereka dan kapal-kapal yang terlibat dalam kegiatan itu” kata MacDonald.
Penyelidik berhasil melacak jalur pelayaran kapal-kapal ini dengan satelit dan data pengapalan. Kapal yang terlibat dalam penyelundupan sering mematikan sistem pelacakan otomatis mereka guna menghindari deteksi. Kargo sering dipindahkan dari satu kapal ke kapal lainnya di laut.
Penulis laporan ini mengatakan, penyelidikan mereka memunculkan pertanyaan-pertanyaan penting tentang pemberlakuan sanksi di Inggris. Menurut mereka Inggris harus memperketat pengawasan atas pembentukan perusahaan ini karena kini terlalu mudah mendirikan perusahaan palsu.[jm/pp]