Korea Utara pada Minggu (26/5) menuduh Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan melakukan lebih banyak kegiatan spionase lewat udara di sekitar semenanjung. Beijing memastikan pihaknya akan mengambil “tindakan segera” jika kedaulatannya dilanggar.
Wakil Menteri Pertahanan Korea Utara, Kim Kang Il, dalam sebuah pernyataan, menyebutkan bahwa AS mengerahkan puluhan pesawat militer untuk melakukan kegiatan "spionase udara terhadap DPRK" dari 13 hingga 24 Mei. DPRK adalah nama resmi negara tersebut.
Kegiatan spionase yang diamati selama jangka waktu 12 hari berada “pada tingkat di luar situasi masa perang”, katanya dalam pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita Resmi Korea.
Kim Kang Il menambahkan bahwa "spionase militer yang bermusuhan, ditambah dengan berbagai latihan militer, menjadi akar penyebab meningkatnya ketegangan militer regional."
Pejabat tersebut juga mengecam Angkatan Laut Korea Selatan atas apa yang disebutnya sebagai "penyusupan musuh melintasi perbatasan laut kami", mengklaim bahwa tindakan tersebut dilakukan dengan dalih "patroli bergerak".
Wakil menteri mengatakan militer Korea Utara akan “mengambil tindakan militer yang diperlukan”. Ia juga menambahkan: “Konsekuensi berbahaya akan terjadi dari seringnya intrusi melintasi perbatasan maritim kami.”
Dia juga mengecam pengiriman balon berisi selebaran anti-rezim oleh kelompok masyarakat sipil Korea Selatan yang melintasi perbatasan. Ia menyebutnya sebagai “provokasi berbahaya” dan memperingatkan akan adanya “tindakan balas dendam”.
Meskipun larangan pengiriman balon berisi selebaran propaganda mulai berlaku pada 2021, para aktivis Korea Selatan selama bertahun-tahun menerbangkan balon berisi selebaran dan dolar AS melintasi perbatasan. Pyongyang melayangkan kritik tajam atas taktik itu.
Hubungan antar-Korea berada pada titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, bahkan Pyongyang menyatakan Seoul sebagai “musuh utama”.
Mereka telah membubarkan lembaga-lembaga yang didedikasikan untuk reunifikasi dan mengancam perang atas pelanggaran teritorial “bahkan hanya 0,001 mm pun”.
Korea Selatan dan sekutu keamanan utamanya, AS, secara rutin melakukan latihan militer gabungan. Mereka beranggapakn latihan itu penting untuk mencegah meningkatnya ancaman dari Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir.
Pyongyang menganggap semua latihan tersebut sebagai latihan invasi. Mereka disebut melakukan uji senjata dan latihan balasan dengan menggunakan peluru tajam sebagai tanggapannya. [ah/ft]
Forum