Pemantau yang berpusat di Inggris mengatakan sedikitnya enam desa menjadi sasaran serangan, tetapi belum jelas apakah serangan itu menghantam wilayah-wilayah yang tercakup dalam gencatan senjata itu.
Amerika dan Rusia yang menjadi penengah gencatan senjata yang dimulai hari Sabtu (27/2) itu dicemari oleh beberapa insiden kekerasan, tapi utusan PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura mengatakan bahwa hari pertama gencatan senjata itu "sangat meyakinkan."
"Kami akan memverifikasi mekanisme kami, tapi terutama yang dari Amerika dan Rusia yang bekerja di bidang itu, jadi kita tidak hanya memverifikasi tetapi juga mengawasi peristiwa itu. Kalau terjadi insiden, itu adalah hal buruk. Tetapi yang memprihatinkan bagi kami adalah bahwa kalau insiden itu berubah menjadi serangkaian insiden, tapi sejauh ini, saya berpendapat bahwa kami dapat mengontrol dengan baik apa yang kita sebut insiden-insiden itu," papar de Mistura.
Penghentian kekerasan membuka kegiatan di sebuah pasar di timur laut kota Al-Qamishi hari Sabtu.
"Kami mendukung gencatan senjata ini, dan kami berharap ini akan terus berlanjut dan perdamaian akan kembali di Suriah dan seluruh wilayah. Kami sangat senang dengan gencatan senjata ini dan kami berharap pihak-pihak internasional akan membantu kami mengakhiri krisis ini," kata Yasser Hassan seorang pedagang tekstil.
Namun, gencatan senjata itu tidak menghentikan serangan terhadap ISIS dan kelompok teror al-Nusra yang terkait al-Qaida, sehingga menimbulkan keraguan apakah perdamaian jangka panjang akan bisa tercapai di Suriah.
Presiden Amerika Barack Obama mengatakan dalam pidato mingguannya, wilayah yang dikuasai kelompok Negara Islam (ISIS) di Suriah telah menyusut. Presiden Obama mengatakan jumlah pejuang di medan tempur berkurang dan lebih sulit bagi para jihadis "untuk merekrut dan memperkuat barisan mereka". [sp/ii]