Mereka tidur di asrama yang terpisah, bepergian dengan bus terpisah dan berada dalam pengawasan pengawas pemerintah. Namun anggota tim hoki gabungan Korea asal Korea Utara, bisa menjalin kerja sama dengan rekan dari Korea Selatan, berkat K-pop.
Para anggota tim dua Korea itu mendengarkan K-pop untuk mengusir ketegangan sebelum menghadapi Swedia di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang. Tim ini adalah tim gabungan dua Korea pertama yang bertanding di Olimpiade.
Baca: Tim Hoki Gabungan Korea Laga Perdana di Olimpiade
"Mereka di ruang ganti, mereka menyanyi, menari...Sepertinya pemain kami mengajarkan mereka cara menari ala K-pop," kata pelatih Sarah Murray asal Kanada.
Dua negara Korea telah dipisahkan oleh batas militer ketat sejak perang 1950-1953 dan kedua belah pihak menggunakan acara olahraga untuk mengurangi ketegangan.
Ada kekhawatiran yang tak terungkap mengenai kemungkinan pembelotan selama Olimpiade Musim Dingin. Baik Korea Utara dan Korea Selatan berusaha menghindari insiden yang bisa mempengaruhi suasana pendekatan itu, yang tampak di lapangan hoki es.
Setiap malam, para pemain Korea Utara tidur di gedung yang berbeda, di dalam perkampungan atlet Olimpiade. Meski anggota tim bersantap malam bersama dan ke tepian pantai untuk minum kopi, para anggota tim asal Korea Utara dijaga ketat oleh pengawas pemerintah, kata Murray.
"Tapi mereka tidak mengganggu," kata Murray.
Baca: Meski Berjalan Lambat, Diplomasi Olimpiade Korsel Capai Kemajuan
Salah satu pemain Korea Selatan termuda, Choi Ji-yeon, 19, mengatakan ketika dia pertama kali bertemu pemain Korea Utara di sebuah kompetisi empat tahun lalu, mereka tidak ramah kepada Ji-yeon dan anggota tim lainnya. Sekarang dia memanggil mereka, saudara.
"Kakak-kakak Korea Utara dengan ramah mendekati saya. Saya jadi akrab dengan mereka," kata Choi setelah tim mereka kalah dari Swedia. Ini adalah kekalahan kedua setelah menyerah di tangan Swiss.
Meski tim Korea bersatu ini, yang seragamnya bergambar peta Semenanjung Korea berwarna biru tanpa pembatas, mengalami kekalahan besar di dua laga pertama, mereka telah meraih simpati para penggemar Korea Selatan.
"Saya pikir orang Korea Utara berasal dari dunia yang berbeda sekali. Tapi sekarang saya merasa kami sudah menjadi satu," kata Han Yu-jin, mahasiwa berusia 20 tahun yang datang untuk menyaksikan laga melawan Swedia.
Kerja sama tim Korea bersatu ini akan mencapai puncak pada Rabu (14/2), pada saat tim ini akan menghadapi tim Jepang, bekas penguasa kolonial di semenanjung Korea dan pesaing besar bersama Korea Utara dan Korea Selatan.
"Kami tidak punya pilihan lain selain menang," kata pemain Korea Selatan, Kim Hee-won. "Orang Korea punya cara pandang yang berbeda tentang pertandingan Korea-Jepang." [fw/au]