Kraton Yogyakarta menyelenggarakan rangkaian acara perkawinan agung Putri bungsu Sultan Hamengkubuwono ke-10 selama empat hari mulai hari Minggu (16/10).
Putri bungsu Sultan Hamengkubuwono ke-10 Gusti Raden Ajeng Nurastuti Wijareni yang kini bernama Gusti Kanjeng Raden (GKR) Bendoro dipersunting pria asal Lampung Ahmad Ubaidilah yang oleh pihak Kraton diberi nama baru Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Yudonegoro.
Kerabat Kraton Yogyakarta Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Prabukusumo mengatakan kepada VOA, pernikahan agung di Kraton Yogyakarta dilaksanakan lebih sebagai upaya untuk memelihara tradisi budaya Jawa yang tidak bisa begitu saja diubah.
KGPH Prabukusumo menjelaskan, “Tradisi (Kraton) itu kan tidak bisa kita rubah. Kraton itu sebagai tempat pakem-nya tradisi, kita tidak boleh merubah sesuka kita, jadi kita pertahankan sampai kapanpun. Mungkin ada sedikit variasi, tetapi yang jelas variasi itu pasti bukan yang pakem.”
Di antara upacara yang baku adalah ijab khobul yang dilaksanakan di Masjid Panepen yang ada didalam Kraton. Dilanjutkan dengan acara “panggih” atau perjamuan di Bangsal Kencono Selasa pagi , akan dihadiri 1.500 tamu undangan VVIP termasuk presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono.
Sore harinya dilakukan kirab pengantin menggunakan kereta kencana Kyai Jong Wiyat dari Kraton menuju bangsal Kepatihan di Jalan Malioboro untuk resepsi bagi para tamu undangan non VVIP. Resepsi di Kepatihan, menurut Prabukusumo adalah meneruskan tradisi yang dilakukan oleh Sultan Hamengkubuwono ke-7.
“Undangan yang di Kraton ini kan terbatas sekali, paling banyak disini sekitar 3.000 lah. Dan, memang kalau dulu yang pengantin laki-laki justru dari sana, supaya muat banyak,” papar KGPH Prabukusumo.
Untuk persiapan pernikahan agung, kedua calon pengantin sudah melakukan berbagai ritual dan upacara adat. Calon pengantin putri, GKR Bendoro, misalnya menjalani perawatan tubuh. Calon pengantin pria yang berasal dari luar Kraton mengaku tidak mudah, ada beban psikologis tetapi merasa siap menjalankan tradisi Kraton.
GKR Bendoro mengatakan, “Saya telah menjalani ritual luluran, menjaga kesehatan tubuh selama beberapa minggu ini, makanpun juga kami jaga, sudah tidak makan kacang-kacangan lagi Insya Allah tidak jerawatan, goring-gorengan, olahraga.”
Sementara, calon mempelai pria, KPH Yudonegoro mengatakan, “Secara psikologis ya, tapi yang pasti saya bertanggung jawab pada Kraton, sudah mulai karena saya sudah menjadi bagian dari Kraton.
Dengan banyaknya tamu yang akan hadir dan menyaksikan upacara pernikahan agung Kraton Yogyakarta, kamar hotel berbintang di Yogyakarta habis dipesan tamu. Misalnya, tingkat hunian hotel Inna Garuda yang terletak di jalan Malioboro, pemesanan kamar mencapai sekitar 90 pesan seperti dikatakan manajer pemasaran Dwi Agus Kristianto.
“Saat ini reservasi kami memang tinggi, khususnya di interval 17-18 Oktober, di dua hari itu yang tadi saya cek sudah mencapai hampir 90 persen. Itu memang didominasi oleh beberapa tamu yang dalam rangka royal wedding ini. Ada yang birokrat, pengusaha, asosiasi juga sudah reservasi untuk acara tersebut,” ujar Dwi Agus Kristianto.
Lebih dari 200 wartawan berbagai media dalam dan luar negeri yang meliput acara pernikahan agung diwajibkan mengenakan busana adat dan tidak boleh mengenakan alas kaki.