Para kritikus Presiden Rusia Vladimir Putin secara sembunyi-sembunyi melancarkan kampanye perlawanan yang kuat terhadap perang di Ukraina, menurut juru bicara salah seorang pihak oposisi terkemuka di Rusia.
“Perang di Ukraina sedang ditentang habis-habisan di tiga front terpisah,” kata Leonid Volkov, ajudan utama pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny yang kini dipenjara.
Volkov berada di Washington pada Mei lalu untuk mewakili Navalny menerima Freedom Award tahun 2022 dari International Republican Institute.
Ketiga front perlawanan itu adalah militer, informasi dan ekonomi. Volkov paham bahwa masyarakat sipil Rusia tidak bisa berbuat banyak untuk menolong Ukraina di front militer.
Namun, ungkapnya, para pendukung Navalny secara aktif berjuang melawan Putin melalui sektor informasi, “di mana kami berjuang untuk mengubah sikap masyarakat Rusia.” Mereka juga berkontribusi terhadap pemberian sanksi ekonomi oleh Barat dengan cara mengidentifikasi para pendukung Putin dan aset-aset mereka.
Volkov mengatakan kepada hadirin upacara pemberian penghargaan itu bahwa Navalny dan timnya telah membuat sebuah daftar berisi apa yang digambarkannya sebagai “6.000 penghasut perang dan pendukung perang Putin, yang mencakup oligarkinya, pejabat pemerintah yang korup, teman-teman dan keluarganya.”
“Kami sarankan untuk memberikan sanksi kepada mereka semua. Buat Putin yang menimbulkan pengaruh negatif, menjadi terisolasi,” kata Volkov.
“Saya senang, dalam berbagai pertemuan saya di sini, gagasan ini mendapat banyak dukungan.”
Pada front informasi, Volkov mengatakan, Navalny memimpin sebuah upaya untuk melawan kampanye propaganda Rusia yang menggambarkan perang itu sebagai sebuah “operasi militer khusus” dan melarang pemberitaan perang yang justru melaporkan kondisi sesungguhnya. Navalny melakukannya saat menjalani hukuman penjara yang diperpanjang menjadi sembilan tahun pada Maret lalu.
Navalny “menjaga kontak dengan dunia luar melalui pengacaranya,” serta dengan mempertahankan kehadirannya di media sosial secara aktif, kata Volkov.
“Sebagai contoh, pada April tahun ini, program kami disaksikan 20 juta kali di YouTube, di mana kami menyelidiki korupsi Putin, melawan propaganda dan disinformasi Putin, serta memberitahu rekan-rekan Rusia kami tentang kebenaran atas perang kejam Putin melawan Ukraina,” katanya.
Navalny juga dapat menjelaskan argumennya menentang perang dalam sebuah artikel yang ditulisnya untuk majalah Time yang diterbitkan pada akhir bulan lalu. Di dalamnya, ia memotret perang terhadap Ukraina itu sebagai bentuk perpanjangan opresi di Rusia sendiri.
“Jika seseorang menghancurkan media independen, mengorganisir pembunuhan politik, dan bersikukuh pada delusi kekaisarannya, maka ia merupakan sesosok orang gila yang mampu mengakibatkan pertumpahan darah di pusat benua Eropa pada abad ke-21,” tulis Navalny. [rd/em]