Tautan-tautan Akses

KTT ASEAN Dimulai dengan Berbagai Isu Panas


Para pemimpin negara-negara ASEAN berpose bersama pada pembukaan KTT ASEAN di Vientiane, Laos hari Rabu (9/10).
Para pemimpin negara-negara ASEAN berpose bersama pada pembukaan KTT ASEAN di Vientiane, Laos hari Rabu (9/10).

KTT ASEAN dimulai di Vientiane, Laos hari Rabu (9/10) dengan berbagai isu panas, termasuk soal perang saudara berkepanjangan di Myanmar, ketegangan di Laut China Selatan, usulan Jepang untuk membentuk aliansi keamanan seperti NATO di Asia, dan keinginan China memperluas perjanjian perdagangan bebas.

Dibayangi meluasnya perang Israel-Hamas dan invasi Rusia ke Ukraina, yang ikut berdampak ke seluruh kawasan, para pemimpin negara-negara Asia Tenggara sejak hari Rabu memulai KTT ASEAN di Vientiane, ibu kota Laos. Fokus utama masih pada upaya untuk membuat Myanmar mematuhi rencana perdamaian yang disebut “konsensus lima poin” guna menyelesaikan perang saudara dan krisis yang telah menewaskan lebih dari lima ribu orang sejak kudeta militer 1 Februari 2021; juga soal mengerasnya sikap China di Laut China Selatan yang kerap memicu konfrontasi baru dengan setidaknya dua negara anggota ASEAN – yaitu Filipina dan Vietnam.

PM Laos Ingatkan Urgensi Jaga Netralitas ASEAN

Berbicara saat pembukaan KTT, Perdana Menteri Laos, Sonexay Siphandone, yang sekaligus menjabat sebagai keketuaan ASEAN tahun 2024 ini mengatakan, “Geopolitik dan geoekonomi saat ini sangat kompleks dan masih terus berubah. Di tengah situasi tersebut, ASEAN tetap menjunjung netralitasnya dan berkoordinasi erat untuk menangani situasi tersebut dengan cepat dan efisien.”

Seruan yang disampaikan Sonexay untuk menjaga netralitas ASEAN tampaknya juga merujuk pada berbagai isu panas lain yang menyelimuti badan kerjasama sepuluh negara Asia Tenggara itu, terutama saat mereka melangsungkan pertemuan dengan mitra-mitranya, seperti Jepang, China, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Jepang Usulkan Pembentukan “NATO Asia”

Jepang misalnya mengusulkan untuk membentuk aliansi keamanan kolektif yang disebutnya sebagai “NATO Asia.” Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, yang baru terpilih akhir September lalu, menyampaikan gagasan itu sebagai sebuah kemungkinan pada masa depan. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Takeshi Iwaya kepada pers pada 2 Oktober lalu.

“Tentu saja ini gagasan untuk pada masa depan. Tetapi kami kira gagasan ini seharusnya dipertimbangkan untuk jangka menengah dan jangka panjang,” kata Iwaya.

Meskipun demikian ia menyerahkan sepenuhnya kepada mitra-mitranya di ASEAN untuk membahas lebih jauh hal itu, sebagaimana seruannya kepada Amerika untuk membentuk aliansi keamanan yang lebih setara, pengelolaan bersama pangkalan angkatan bersenjata Amerika di Jepang dan penempatan Pasukan Bela Diri Jepang di Amerika.

China Ingin Perluas “CAFTA 3.0”

Sementara China menginginkan perluasan perjanjian perdagangan bebas dengan ASEAN, yang disebutnya sebagai “CAFTA 3.0,” yang dipusatkan pada kota pintar, 5G, kecerdasan buatan, dan e-commerce.

Selain dengan Jepang dan China, kesepuluh negara anggota ASEAN – Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Vietnam, Malaysia, Myanmar, Kamboja, Brunei dan Laos – juga akan mengadakan pembicaraan dengan Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru tentang ekonomi, perubahan iklim dan energi.

Banyak Pemimpin Baru Hadir

KTT tahun ini akan menjadi yang pertama bagi beberapa pemimpin.

Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra, yang berusia 38 tahun dan baru mulai menjabat pada bulan Agustus, menjadi pemimpin termuda di blok ini.

Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong akan mewakili negaranya setelah ia mengambil alih jabatan Lee Hsien Loong, yang mengundurkan diri pada bulan Mei setelah 20 tahun.

Vietnam juga memiliki pemimpin baru setelah Presiden To Lam mulai menjabat pada bulan Agustus, namun negara tersebut akan diwakili oleh Perdana Menteri Pham Minh Chinh.

Presiden Indonesia Joko Widodo mengutus Wakil Presiden Ma’ruf Amin karena ia sedang bersiap menyerahkan kepemimpinan kepada penggantinya, Prabowo Subianto, pada akhir pekan depan.

Myanmar mengirimkan sekretaris tetap Kementerian Luar Negerinya Aung Kyaw Moe ke KTT tersebut, yang merupakan perwakilan tingkat tinggi pertama mereka di KTT tersebut dalam tiga tahun. Sejak akhir tahun 2021 ASEAN telah melarang Myanmar mengirim perwakilan politik karena perebutan kekuasaan oleh militer dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.

KTT ASEAN akan dilanjutkan dengan pertemuan dua hari dengan China, Amerika Serikat, dan Rusia, yang berkompetisi untuk mendapatkan pengaruh di kawasan. [em/lt]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG