Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumpulkan pemimpin bisnis dan 50 pemimpin dunia di Paris untuk mengikuti pertemuan, Selasa (12/12), yang berfokus pada peningkatan pendanaan untuk mencegah perubahan iklim.
KTT tersebut diadakan dua tahun setelah hampir 200 negara menyetujui kesepakatan iklim Paris, yang meminta negara-negara di dunia membatasi emisi gas rumah kaca dan negara-negara kaya untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi dampak perubahan iklim.
Presiden Amerika Donald Trump tidak termasuk di antara mereka yang diundang untuk ambil bagian dalam konferensi tersebut. Tahun lalu, Trump mengumumkan untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut dan mengatakan bahwa kesepakatan itu “merugikan Amerika Serikat demi keuntungan eksklusif negara-negara lain.”
Emmanuel Macron mengatakan penolakan Presiden Amerika Trump terhadap kesepakatan iklim Paris justru membantu memperkuat kesepakatan itu sendiri.
"Keputusan Presiden Trump untuk meninggalkan kesepakatan Paris adalah awal dari cerita baru. Saya percaya bagi kita bersama, ini menciptakan momentum yang sangat besar. Setelah keputusan Trump, kita mempercepat ratifikasi, makin banyak yang bergabung dan meratifikasi kesepakatan Paris. Keluarnya Amerika semacam kejutan besar di mana banyak orang mengatakan "Wow! Ini negara pertama yang memutuskan untuk meninggalkan kesepakatan, sekarang justru menghadapi risiko," ujar Macron.
Macron mengeluarkan dana bernilai jutaan euro untuk mendatangkan ilmuwan iklim Amerika dan ilmuwan lainnya ke Perancis, program untuk melawan penolakan Trump terhadap kesepakatan itu.
Uni Eropa juga telah mengumumkan rencana investasi baru untuk mendukung produksi energi terbarukan, transportasi ramah iklim, sistem air dan sanitasi yang berkelanjutan, serta pertumbuhan pertanian yang berkelanjutan.
Mantan Menlu Amerika John Kerry, yang menghadiri KTT itu, mengatakan bahwa penolakan Presiden Trump terhadap kesepakatan iklim itu tidak mewakili sebagian besar warga Amerika.
"Kami punya 38 negara bagian yang memiliki undang-undang standar energi terbarukan. Kami punya 90 kota, kota-kota besar di Amerika, walikota mereka semua berkomitmen untuk melaksanakan perjanjian Paris. Jadi, 80 persen penduduk Amerika di 38 negara bagian berkomitmen dan kami akan tetap berkomitmen," tandas Kerry.
KTT iklim tersebut diselenggarakan dua tahun sejak 195 negara mengadopsi Perjanjian Paris untuk mencegah dampak terburuk pemanasan global.
Para pengamat dan perserta KTT memperingatkan tanpa triliunan dolar investasi dalam energi bersih, tujuan perjanjian itu untuk menjaga pemanasan global di bawah dua derajat Celsius (3,6 derajat Fahrenheit) dari tingkat pra-industri akan tetap menjadi impian.
Dana sejak lama menjadi hambatan dalam proses iklim PBB, dengan negara-negara berkembang bersikeras mendapat bantuan keuangan guna melakukan tindakan berbiaya besar untuk beralih ke sumber energi yang mengurangi polusi dan meningkatkan pertahanan terhadap perubahan iklim akibat badai, kemarau panjang dan kenaikan permukaan laut. [lt/my]