Keprihatinan akan peluncuran misil Korea Utara, tujuan resmi pertemuan puncak dua hari yang dibuka hari Senin di Seoul yaitu memastikan bahan nuklir berbahaya tidak jatuh ke tangan teroris, hampir terlupakan.
Sasarannya telah menjadi hal yang utama bagi Presiden Amerika Barack Obama, yang mengumumkan pada awal masa jabatannya bahwa ia akan memimpin usaha sedunia untuk mengamankan semua bahan nuklir yang rawan. Ia telah mendorong usaha penyelenggaraan Pertemuan Puncak Nuklir yang pertama di Washington dua tahun lalu.
Para pakar mengatakan suatu kemajuan telah dicapai sejak itu, walaupun masih banyak yang harus dilakukan. Obama mengumumkan hari Minggu bahwa Ukraina telah memindahkan semua uranium yang sudah diolah dari negaranya, yang memenuhi janjinya dalam pertemuan puncak tahun 2010.
Kazakhstan, yang pernah menjadi lokasi sebagian persenjataan nuklir Uni Soviet, telah mengamankan lebih dari 13 ton uranium yang sudah diolah dan plutonium dalam dua tahun terakhir, sementara Amerika Serikat dan Rusia telah sepakat untuk membuang cukup plutonium untuk 17 ribu senjata nuklir .
Namun, Panel Internasional mengenai Bahan Nuklir Berbahaya mengatakan persediaan global bahan uranium berbahaya berjumlah lebih dari 1.400 ton sementara negara-negara memelihara 500 ton plutonium. Panel yang terdiri dari sekelompok pakar yang independen dari 16 negara itu memperkirakan separuh plutonium itu cocok untuk membuat senjata nuklir.