Ribuan pendukung Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra yang disingkirkan Mahkamah Konstitusi, menuju Bangkok barat hari Sabtu (10/5), untuk menandingi gerakan anti-pemerintah yang bertujuan hendak mendudukkan pemerintah yang tidak dipilih melalui pemilihan umum.
Aksi besar itu terjadi sehari setelah gerakan anti pemerintah tumpah ke Bangkok, menduduki stastiun televisi dan gedung pemerintah dalam yang mereka sebut ‘tendangan terakhir’ untuk menjatuhkan pemerintah yang dipilih secara demokratis.
Rapat umum kedua kelompok yang bertentangan di Thailand, Sabtu (10/5), meskipun diadakan dalam jarak beberapa kilometer satu sama lain, tetap menimbulkan kekhawatiran akan munculnya kekerasan di negara itu.
Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk menghalau ratusan pengunjuk rasa yang mencoba memaksakan diri masuk ke lembaga keamanan negara. Enam orang dilaporkan terluka dalam insiden tersebut.
Mahkamah Konstitusi hari Rabu (7/5) menurunkan Perdana Menteri Yingluck bersama sembilan anggota kebinetnya. Pemerintah Thailand saat ini dipimpin oleh perdana menteri sementara Niwatthamrong Boonsongphaisan.
Aksi besar itu terjadi sehari setelah gerakan anti pemerintah tumpah ke Bangkok, menduduki stastiun televisi dan gedung pemerintah dalam yang mereka sebut ‘tendangan terakhir’ untuk menjatuhkan pemerintah yang dipilih secara demokratis.
Rapat umum kedua kelompok yang bertentangan di Thailand, Sabtu (10/5), meskipun diadakan dalam jarak beberapa kilometer satu sama lain, tetap menimbulkan kekhawatiran akan munculnya kekerasan di negara itu.
Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk menghalau ratusan pengunjuk rasa yang mencoba memaksakan diri masuk ke lembaga keamanan negara. Enam orang dilaporkan terluka dalam insiden tersebut.
Mahkamah Konstitusi hari Rabu (7/5) menurunkan Perdana Menteri Yingluck bersama sembilan anggota kebinetnya. Pemerintah Thailand saat ini dipimpin oleh perdana menteri sementara Niwatthamrong Boonsongphaisan.