Suasana mencekam tampak di seantero Turki Jumat malam waktu setempat atau Sabtu dini hari waktu Jakarta. Sekelompok personil militer berupaya mendongkel Presiden Recep Tayyip Erdogan dari pucuk kekuasaan. Mereka berhasil mengerahkan tentara, sejumlah jet dan helikopter tempur, serta tank untuk menguasai objek-objek vital dan kantor-kantor pemerintah. Termasuk menguasai dua jembatan penghubung utama ke Istanbul dan bandara internasional Attaturk. Namun dalam lima jam, upaya kudeta itu berhasil ditumpas.
Pengamat militer dari Universitas Pertahanan Salim Said menyimpulkan kegagalan kudeta itu lantaran tidak ada sokongan dari rakyat.
“Kesalahan kudeta tadi malam adalah tidak memperhitungkan itu. Bahwa dalam masyarakat Turki yang sudah empire strikes back, tidak ada dukungan lagi kepada tentara untuk mengambil alih kekuasaan. Bahkan tentara sendiri terpecah. Panglima angkatan laut dan ada satu divisi pagi-pagi sudah menyatakan kami tidak mendukung (kudeta). Tidak pernah sebelumnya tentara Turki kudeta itu terpecah,” ujar pengamat militer Salim Said.
Salim Said menambahkan istilah "Empire Strikes Back" - mengutip istilah dalam film Amerika terkenal "Star Wars," yaitu bangkitnya umat Islam di Turki setelah AKP (Partai Pembangunan dan Keadilan) yang dibentuk pada awal 2000, berkuasa. Erdogan dan para pendahulunya dari AKP dinilai berhasil mengangkat kaum muslim setelah bertahun-tahun ditindas rezim sekuler bentukan Mustafa Kemal Ataturk sejak 1923.
Salim Said mengatakan kebangkitan umat Islam ini mengkhawatirkan pihak-pihak yang bertugas menjaga warisan Ataturki.
“Ini yang saya sebut the Emipre Strikes Back, terutama dari Anatolia. Karena mereka berkebijaksanaan politik, Erdogan dan pendahulunya, adalah membangun kesempatan kepada mereka untuk berbisnis. Mereka kaya lalu mereka banyak berimigrasi ke Istanbul dan kota-kota lain dan itu mulai menakutkan tentara yang menjaga warisan Ataturk,” imbuh Salim Said.
Pengamat militer Turki, M. Alfan Alfian, yakin belajar dari kegagalan kudeta Jum'at lalu, tidak akan ada lagi kudeta di Turki dalam waktu dekat ini.
“Tapi ternyata kali ini tidak didukung oleh institusi lebih besar. Bahkan panglima angkatan laut di awal sudah menyatakan menolak. Panglima militer divisi satu di Istanbul juga menyatakan menolak kudeta. Menunjukkan bahwa tidak ada soliditas di antara institusi tentara. Melihat fenomena ini, saya tidak yakin ada kudeta susulan,” ujar Alfan Alfian.
Perdana Menteri Turki Binali Yildrim menjelaskan kudeta gagal itu menewaskan 205 orang, termasuk 104 pelaku kudeta dan melukai 1.440 orang lainnya. Pemerintah Turki telah memecat 29 kolonel dan lima jenderal terlibat dalam upaya kudeta. Sekitar 2.839 tentara ditahan.