Menteri luar negeri Bahrain mengunjungi Israel, Rabu (18/11), isyarat terbaru mengenai hubungan yang menghangat antara kedua negara itu, menyusul serangkaian perjanjian normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab yang ditengahi AS.
Menteri Luar Negeri Abdullatif bin Rashid Alzayani terbang ke Tel Aviv dengan pesawat penumpang Gulf Air dan akan mengadakan pertemuan di Yerusalem dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan sejumlah pejabat tinggi lainnya.
Ia juga berpartisipasi dalam pertemuan trilateral dengan Netanyahu dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang tiba Rabu (18/11), menurut Kementerian Luar Negeri Israel.
Alzayani disambut di bandara oleh mitranya dari Israel, Gabi Ashkenazi, dan sejumlah pejabat AS dan Israel lainnya. Semua orang terlihat mengenakan masker dan bersalam siku untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap wabah virus corona.
Bahrain mengikuti langkah Uni Emirat Arab untuk menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel sebelumnya tahun ini. Terobosan tersebut mencerminkan perubahan di Timur Tengah di mana Israel dan negara-negara Teluk memandang Iran sebagai ancaman bersama, dan sebagian negara Arab mengecilkan arti konflik yang telah berlangsung puluhan tahun antara Israel dan Palestina.
Sudan juga setuju untuk menjalin hubungan dengan Israel sebagai bagian dari perjanjian yang lebih besar dengan Amerika Serikat yang akan membuka jalan bagi masuknya bantuan luar negeri yang sangat dibutuhkan, menyusul penggulingan Presiden Omar al-Bashir tahun lalu setelah lama berkuasa.
Pemerintahan Trump memuji ketiga perjanjian tersebut sebagai terobosan bersejarah menjelang pemilihan presiden. Presiden terpilih Joe Biden juga menyambut baik perjanjian-perjanjian tersebut, dan diperkirakan akan memanfaatkannya untuk menekan Israel dan Palestina agar kembali ke meja perundingan.
Sebelum kesepakatan-kesepakatan yang dicapai tahun ini tersebut, hanya Mesir dan Yordania yang mengakui Israel, sebagai bagian dari perjanjian damai yang dinegosiasikan lebih dari 25 tahun yang lalu. Israel berharap dapat memupuk hubungan yang lebih hangat dengan negara-negara Teluk sehingga dapat meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, termasuk pariwisata dan kesehatan masyarakat.
Dalam menormalisasi hubungan dengan Israel, ketiga negara itu mengabaikan konsensus Arab yang telah lama berlaku bahwa pengakuan hanya boleh diberikan sebagai imbalan atas konsesi dalam proses perdamaian. Palestina mengecam kesepakatan normalisasi sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan mereka. [ab/uh]