Presiden AS Barack Obama merupakan penggemar Nike. Saat bermain golf, ia sering terlihat memakai pakaian merek Nike dari atas ke bawah. Sekarang Obama menempatkan logo perusahaan tersebut dalam agenda perdagangannya.
Hari Jumat (8/5), Obama akan mengunjungi kantor pusat Nike di Beaverton, Oregon, untuk membuat usulan kebijakan perdagangannya di tengah kesulitan memenangkan hati kelompok Demokrat dalam apa yang dapat menjadi dorongan legislatif besar terakhir dalam masa kepresidenannya.
Namun dengan memilih perusahaan raksasa yang membuat sepatu olahraga dan pakaian atletik sebagai latar, Obama dianggap telah memancing masalah.
Nike, sebuah eksportir besar, mempekerjakan lebih dari 8.500 orang di Oregan, banyak diantaranya untuk pekerjaan merancang, riset atau pemasaran dengan gaji besar. Namun dari lebih dari satu juta pekerja kontrak pabrik Nike, 9 dari 10-nya ada di Asia, dengan jumlah terbesar ada di Vietnam yang berupah kecil.
"Ini tempat yang buruk untuk mencoba menjual persetujuan dagang yang akan membuat publik Amerika berpikir akan lebih mudah untuk memindahkan lapangan pekerjaan ke luar negeri dan menurunkan upah kita," ujar Lori Wallach, direktur pemantauan perdagangan global pada Public Citizen.
Nike, dengan alih daya (outsourcing) manufaktur yang masif, memberikan Obama peluang untuk berbicara mengenai standar-standar buruh yang sedang ia coba berlakukan dengan mitra-mitra perdagangan, terutama Vietnam, yang menurut AS memiliki perlindungan hak pekerja di bawah standar-standar internasional. Dari 11 negara yang sedang bernegosiasi dengan AS dalam pembicaraan-pembicaraan Trans-Pasifik, Nike memiliki pabrik-pabrik kontrak di tujuh diantaranya.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnes mengatakan kunjungan ke Nike akan "menggambarkan bagaimana persetujuan perdagangan yang bertanggung jawab yang menyertakan standar-standar buruh dan lingkungan untuk diberlakukan akan memberi manfaat besar bagi keluarga-keluarga kelas menengah dan ekonomi Amerika."
Namun Nike merepresentasikan apa yang oleh banyak kelompok liberal dan serikat pekerja dikritik dari perjanjian-perjanjian perdagangan: potensi untuk memindahkan lapangan kerja AS ke negara-negara lain dengan buruh murah dan sedikit perlindungan pekerja. Seorang senator Demokrat telah meminta Obama untuk membatalkan kunjungan tersebut.
"Kami telah membuat perbaikan-perbaikan signifikan dan mendorong perubahan positif bagi para pekerja di pabrik-pabrik kontrak yang membuat produk Nike," ujar juru bicara Nike, Greg Rossifer, dalam pernyataan tertulis.
Meski ada perbaikan dalam citra Nike, masalah buruh masih terus menodai pabrik-pabriknya. Investigasi Associated Press pada 2011 menemukan bahwa para pekerja yang membuat sepatu Converse milik Nike di Indonesia, mengatakan para atasannya menyiksa mereka secara fisik dan verbal.
Dan dalam laporan terakhir mengenai "kinerja bisnis berkelanjutan" Nike menemukan bahwa sepertiga dari pabrik-pabrik kontraknya pada 2013 tidak memenuhi standar-standar minimum, sebuah perbaikan dari 2011 ketika setengah pabriknya tidak memenuhi standar. Sebagian besar dari masalahnya adalah jam kerja dan upah.
Senator Demokrat, Sander Levin, juga melaporkan ada perempuan Vietnam yang dipenjara lebih dari empat tahun karena mencoba mengorganisir serikat buruh independen.
Laporan Kantor Akuntabilitas Pemerintah tahun lalu juga menemukan bahwa penegakan hak buruh di negara-negara Amerika Latin terbatas dan pemantauan standar-standar buruh di negara-negara itu oleh badan-badan AS tidak konsisten.