Lukashenko menyambut kedatangan Presiden Rusia itu di bandara Minsk hari Kamis (31/5) dan segera membawa tamunya ke rumah pribadinya di pinggir ibukota Belarus untuk melakukan pembicaraan bilateral.
Setelah pertemuan itu, Putin mengatakan kepada wartawan bahwa kenyataan ia melakukan kunjungan pertama ke luar negeri ke negara yang bersaudara, Belarus, mencerminkan sifat yang khusus hubungan mereka. Ia juga berjanji akan memberikan dana pinjaman bagi negara itu dari dana kawasan.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarus Alexander Lukashenko memuji hubungan erat mereka dalam kunjungan pertama Putin ke luar negeri sejak dilantiknya Putin untuk masa jabatan ketiga yang kontroversial bulan ini.
Lukashenko mengatakan kedua negara mempunyai masa depan yang cerah dan ia mengucapkan terima kasih kepada Rusia atas kerjasama dalam proyek-proyek bersama, termasuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Analis politik Amerika Donald Jensen mengatakan pertemuan Putin dengan pemimpin otoriter itu menunjukkan sikap yang meremehkan Washington, yang bersama Uni Eropa telah mengutuk kebijakan hak azasi Minsk. Para pemimpin Barat juga telah menuduh Putin condong ke otoriter dan masih mengagumi masa Uni Soviet.
Dalam sebuah blog di situs internet VOA-Bahasa Rusia, Jensen menulis bahwa walaupun Putin memegang nasib Lukashenko, di tempat lain di Timur, Rusia menghadapi hambatan besar untuk mencapai keagungan yang permanen. Sebagai contoh, ia menyebut tentangan Ukraina dan negara-negara Asia tengah terhadap ketergantungan yang terlalu besar pada Moskow.
Rusia, Belarus, dan Kazakhstan tahun lalu sepakat untuk menciptakan perserikatan ekonomi Eurasia sebelum tahun 2015, suatu proyek gaya Uni Eropa yang diprakarsai Putin untuk menyatukan bekas negara-negara Soviet.
Setelah pertemuan itu, Putin mengatakan kepada wartawan bahwa kenyataan ia melakukan kunjungan pertama ke luar negeri ke negara yang bersaudara, Belarus, mencerminkan sifat yang khusus hubungan mereka. Ia juga berjanji akan memberikan dana pinjaman bagi negara itu dari dana kawasan.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarus Alexander Lukashenko memuji hubungan erat mereka dalam kunjungan pertama Putin ke luar negeri sejak dilantiknya Putin untuk masa jabatan ketiga yang kontroversial bulan ini.
Lukashenko mengatakan kedua negara mempunyai masa depan yang cerah dan ia mengucapkan terima kasih kepada Rusia atas kerjasama dalam proyek-proyek bersama, termasuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Analis politik Amerika Donald Jensen mengatakan pertemuan Putin dengan pemimpin otoriter itu menunjukkan sikap yang meremehkan Washington, yang bersama Uni Eropa telah mengutuk kebijakan hak azasi Minsk. Para pemimpin Barat juga telah menuduh Putin condong ke otoriter dan masih mengagumi masa Uni Soviet.
Dalam sebuah blog di situs internet VOA-Bahasa Rusia, Jensen menulis bahwa walaupun Putin memegang nasib Lukashenko, di tempat lain di Timur, Rusia menghadapi hambatan besar untuk mencapai keagungan yang permanen. Sebagai contoh, ia menyebut tentangan Ukraina dan negara-negara Asia tengah terhadap ketergantungan yang terlalu besar pada Moskow.
Rusia, Belarus, dan Kazakhstan tahun lalu sepakat untuk menciptakan perserikatan ekonomi Eurasia sebelum tahun 2015, suatu proyek gaya Uni Eropa yang diprakarsai Putin untuk menyatukan bekas negara-negara Soviet.