Dengan meraih hampir 40 persen suara, Lai Cing-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP) memenangkan pemilu presiden di Taiwan hari Sabtu (13/1). Yang menarik, DPP kalah tipis di pemilu legislatif, dengan menguasai 51 kursi. Selisih satu kursi dengan Partai Kuomintang, yang kini beroposisi dan berhasil merebut 52 kursi. Sementara Partai Rakyat Taiwan kini memiliki 8 kursi. Sisa dua kursi diambil oleh kandidat independen.
Mitra kami di Radio Taiwan International RTI, Farini Anwar, melaporkan warga sangat bersuka cita karena pemilu berlangsung aman.
Tidak lama setelah pengumuman itu, sejumlah menteri dan politisi dari negara-negara yang memiliki hubungan baik – tapi dalam banyak kasus merupakan hubungan tidak resmi – dengan Taiwan, menyampaikan ucapan selama kepada Lai dan DPP. Termasuk diantaranya Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken, yang mengatakan Washington berharap dapat melanjutkan hubungan tidak resmi dengan Taipei.
Kementerian Luar Negeri China pada hari Minggu (14/1) menggambarkan pernyataan Blinken itu sebagai "mengirimkan sinyal yang sangat tidak benar" kepada "kekuatan separatis kemerdekaan Taiwan."
“China dengan tegas selalu menentang segala bentuk pertukaran resmi antara Amerika dan Taiwan, dan dengan tegas menentang campur tangan Amerika terhadap urusan Taiwan dalam bentuk apa pun dan dengan dalih apa pun," kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs webnya.
Sebelumnya Kedutaan Besar China pada hari Sabtu (13/1) mengutuk apa yang disebutnya sebagai "tindakan yang tidak benar" dari Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron, setelah ia menyampaikan ucapan selamat kepada Lai dan partainya, dengan mengatakan pemilu itu merupakan “bukti atas semaraknya demokrasi Taiwan.” China menegaskan “kami menyerukan Inggris untuk mengakui Taiwan sebgaai salah satu provinsi China, dan bersikap hati-hati ketika menangani isu-isu terkait Taiwan sesuai dengan prinsip satu China. Hentikan pernyataan apapun yang mencampuri urusan dalam negeri China.”
Kedutaan Besar China di Jepang juga menyampaikan pesan tegas setelah Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa memberi selamat kepada Lai. Kamikawa menyebut pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai “mitra dan teman yang sangat penting,” namun dalam pernyataan yang sama ia juga menggarisbawahi bahwa hubungan kerja dengan Taipei didasarkan pada “basis non-pemerintah.”
Menanggapi hal itu, China mengatakan “kami dengan sungguh-sungguh mendesak Jepang untuk menahan diri dan tidak mengganggu perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan hubungan China-Jepang.”
China tidak pernah menggunakan kekuatan untuk mengendalikan Taiwan, tetapi khawatir Lai akan mendeklarasikan berdirinya Republik Taiwan. Lai telah berulangkali mengatakan tidak akan melakukan hal itu.
Yang pasti, sebagaimana disampaikan Farini Anwar dari Radio Taiwan International, akan menarik melihat proses pengambilan keputusan ke depan mengingat pihak eksekutif dikuasai Partai Progresif Demokratik (DPP), sementara badan legislatif dikuasai Partai Kuomintang (KMT).
Menahan haru melihat kemenangan Lai Cing-te, presiden yang akan segera meletakkan jabatan Tsai Ing-wen menyampaikan terima kasih kepada seluruh warga yang telah mengikuti pemilu, yang berlangsung aman dan damai. Ia mengatakan Taiwan telah menjadi “negara yang lebih baik” lewat proses pemilihan yang demokratis ini. [em/jm]
Forum