Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore mengatakan laporan baru UNICEF untuk pertama kalinya memberi “gambaran lengkap tentang di mana dan bagaimana anak-anak rentan terhadap perubahan iklim.” Ia menambahkan dalam pernyataannya bahwa "gambaran mengerikan itu hampir tidak terbayangkan."
Krisis Iklim Adalah Krisis Hak Anak: Memperkenalkan Indeks Risiko Iklim Anak-anak, yang terbit Jumat, adalah “analisis komprehensif pertama tentang risiko iklim dari perspektif anak-anak,” menurut badan PBB untuk anak-anak itu. Dalam laporan tersebut, negara-negara diberi peringkat dari terpaparnya anak-anak terhadap bahaya iklim dan lingkungan.
Laporan tersebut mengatakan sekitar separuh dari hampir 2,2 miliar anak di dunia tinggal di salah satu negara yang diidentifikasi sebagai "sangat berisiko" di mana mereka juga "sangat rentan karena layanan penting yang tidak memadai, seperti air dan sanitasi, perawatan kesehatan dan pendidikan.”
Indeks risiko mencakup paparan anak-anak terhadap banjir pantai, banjir sungai, angin topan, penyakit yang ditularkan melalui vektor, polusi timbal, gelombang panas, kelangkaan air, dan “tingkat polusi udara yang sangat tinggi.” Anak-anak yang tinggal di Republik Afrika Tengah, Chad, Nigeria, Guinea, dan Guinea-Bissau paling berisiko, menurut laporan itu.
Untuk membalikkan risiko yang dihadapi anak-anak itu, UNICEF mengimbau pemerintah dunia agar meningkatkan investasi dalam adaptasi iklim dan ketahanan dalam layanan utama untuk anak-anak, termasuk air, sanitasi dan sistem kebersihan, layanan kesehatan dan pendidikan, dan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Badan PBB itu juga mendesak pemerintah agar memberi pendidikan iklim kepada anak-anak dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menjaga masyarakat yang hemat sumber daya. Menurut UNICEF, itu "penting" untuk "adaptasi dan persiapan anak-anak menghadapi dampak perubahan iklim.
Badan tersebut juga ingin melihat kaum muda dilibatkan dalam semua negosiasi dan keputusan iklim nasional, regional dan internasional. UNICEF juga membahas kebutuhan anak-anak setelah pandemi COVID, mengimbau pemulihan yang “hijau, rendah karbon dan inklusif, sehingga kapasitas generasi mendatang untuk mengatasi dan menanggapi krisis iklim tidak terganggu.”
Laporan itu mengatakan sekitar 850 juta anak tinggal di daerah di mana mereka menghadapi setidaknya empat bahaya yang tumpang tindih, sementara sedikitnya 330 juta menghadapi setidaknya lima bahaya.
“Tapi masih ada waktu untuk bertindak. Meningkatkan akses anak-anak ke layanan penting, seperti air dan sanitasi, kesehatan, dan pendidikan, dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka untuk bertahan dari bahaya iklim ini,” kata Fore. [ka/ab]