Reporters Without Borders (RSF) mengingatkan, wabah virus corona mengancam kebebasan pers di berbagai penjuru dunia.
Dalam laporan evaluasi tahunannya mengenai kebebasan pers global, Selasa (21/4), organisasi advokasi wartawan internasional itu mengatakan, krisis kesehatan itu digunakan sebagai alasan bagi pemerintah untuk memberlakukan langkah-langkah yang tidak mungkin diambil dalam situasi normal karena politik sedang beku, rakyat terkejut sehingga tak mampu bereaksi, dan protes sulit dilakukan.
Korea Utara meraih indeks kebebasan pers terendah dalam daftar yang disusun organisasi itu. Sebagaimana pada tahun 2019, Norwegia kembali menempati posisi teratas di antara 180 negara dan teritori yang dimasukkan daftar tersebut,
Secara keseluruhan, laporan itu menyatakan, kebebasan pers di AS memuaskan, namun juga seperti tahun lalu, tudingan buruk, ancaman dan pelecehan terhadap jurnalis masih menjadi masalah serius. Amerika berada pada posisi ke-45 dalam daftar itu, di belakang sejumlah negara di Eropa, Afrika, Asia, Oseania, Amerika Latin dan Karibia.
Laporan itu menyoroti sikap bermusuhan Presiden Donald Trump terhadap sejumlah jurnalis dan media. Istilah fake news atau berita bohong yang sering disebutkan Trump kini dimanfaatkan banyak pemimpin dunia sebagai “alat” untuk menindas media.
“Sikap bermusuhan terhadap wartawan dan media berita di Amerika Serikat semakin mendalam dan meningkat, dan beberapa pernyataan pedas itu berasal dari presiden,” kata kelompok tersebut. “Pelecehan itu semakin buruk di tengah wabah virus corona pada 2020, karena para jurnalis yang meliput tanggapan Trump terhadap krisis itu menjadi sasaran presiden dalam konferensi-konferensi pers.” [ab/uh]
