Sebuah laporan yang sangat ditunggu-tunggu tentang penanganan pejabat gereja Katolik Jerman atas kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor dan pejabat gereja lainnya akan dirilis Kamis (18/3).
Laporan itu disusun oleh sebuah firma hukum atas instruksi keuskupan agung Köln, Jerman.
Uskup Agung Köln, Kardinal Rainer Maria Woelki, sebelumnya sempat membuat marah banyak umat Katolik Roma setempat karena selama berbulan-bulan merahasiakan laporan tentang bagaimana para pejabat gereja setempat bereaksi ketika sejumlah pastor dituduh melakukan pelecehan seksual.
Kardinal tersebut mengatakan, ia mengambil tindakan itu karena mengkhawatirkan kemungkinan dampak hukumnya jika mempublikasikan hasil studi tersebut.
Laporan soal penanganan pejabat gereja Katolik Jerman atas kasus-kasus pelecehan seksual yang akan dipublikasikan Kamis malam (18/3) dibuat oleh firma hukum yang berbeda.
Kritik keras muncul di kalangan gereja Jerman dalam beberapa pekan terakhir. Kepala Konferensi Waligereja Jerman, Uskup Limburg Georg Baetzing, bulan lalu menggambarkan manajemen krisis di Köln sebagai “bencana'' tetapi mengatakan bahwa organisasi yang dipimpinnya tidak memiliki kewenangan untuk melakukan intervensi.
Pengungkapan tentang pelecehan seksual pada masa lalu telah membuat prihatin banyak gereja di Jerman dan negara-negara lain selama bertahun-tahun. Banyak pejabat gereja merasa risih dan ingin mundur dari posisi mereka.
Sebuah pengadilan di Köln bulan lalu mengumumkan bahwa mereka meningkatkan jumlah penanganan kasus para pejabat gereja yang ingin meninggalkan pekerjaan mereka secara resmi, dari 1000 menjadi 1.500 mulai bulan Maret, menyusul munculnya permintaan yang kuat.
Pada tahun 2018, sebuah laporan yang dibuat atas perintah gereja menyimpulkan bahwa setidaknya 3.677 orang telah dilecehkan oleh pastor dan pejabat gereja lainnya di Jerman antara 1946 dan 2014. Lebih dari separuh korban berusia 13 tahun atau lebih muda ketika pelecehan terjadi, dan hampir sepertiga dari mereka adalah putra altar.
Januari lalu, sistem baru yang dibuat oleh gereja untuk memberikan kompensasi bagi para korban pelecehan, mulai berlaku. Sistem itu memberikan pembayaran hingga sekitar 50.000 euro (hampir $60.000) untuk setiap korban. Berdasarkan sistem sebelumnya yang diterapkan sejak 2011, pembayaran rata-rata hanya sekitar 5.000 euro per korban. [ab/uh]