Biasanya menjadi seorang dalang adalah bakat turun-temurun dari orang tuanya. Anak seorang dalang bisa mendalang tanpa belajar secara formal. Ia mengikuti ayahnya selagi mendalang dengan membawakan peralatan, menata panggung, mengatur tokoh-tokoh wayang dan mempersiapkan wayang yang akan dimainkan.
Kebanyakan bakat mendalang diperoleh dari sang ayah yang seorang dalang. Namun, tidak demikian dengan Larry Allen Santoso, 11 tahun asal Surakarta. Larry besar dari kedua orangtua keturunan Tionghoa, tidak mempunyai latar belakang profesi dalang sedikitpun. Memang mereka bisa mengerti bahasa Jawa karena tinggal di Solo, tetapi mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di rumah.
Jadi apa yang membuat Larry tertarik pada wayang? Kepada VOA ia menuturkan, “Waktu itu lewat alun-alun, terus ada yang jual wayang, (tokoh) Abimanyu. Larry tertarik, terus dibelikan oleh papa. Ya, tertarik ukiran-ukiran di wayangnya, tapi nggak paham.”
Semula Larry kurang tahu soal wayang, apalagi waktu itu Larry duduk di sekolah internasional. Tetapi setelah pindah ke sekolah swasta Indonesia, Larry diajarkan bahasa Jawa dalam salah satu mata pelajarannya. Itulah yang membuatnya makin tahu dan sedikit demi sedikit memahami cerita wayang dan kemudian ingin menjadi dalang.
Ibu Larry, Olivia Kristantyo yang menemani Larry ketika ditemui VOA merasa senang putra tunggalnya itu menyukai wayang, “Saya melihat dia punya kelebihan dan keunikan yang berbeda dari lainnya, seperti mendalang ini kan tidak semua anak mau menekuni tanpa harus saya dorong. Tapi dia memang benar-benar mempelajari. Kalau saya, bakat anak itu biarkan berkembang, tidak harus semuanya (secara) akademis”, ujarnya.
Padahal, Olivia menceritakan bahwa Larry pernah mengalami keterlambatan berbicara (speech delay) . “Sewaktu usianya sudah 3 tahun, Larry baru bisa mengucapkan satu kata saja. Dia juga disleksia,” kata Olivia. Maka ia membawa Larry ke pakar perkembangan anak, Diaz Robertus yang memiliki Klinik Terapi Maksimal di Surakarta.
Motivasi, percaya diri, kemandirian
Ketika VOA menanyakan bagaimana seorang anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan disleksia, justru kini bahkan bisa menjadi dalang, yang mempunyai persyaratan menghafal dialog dan cerita dari tiap adegan, serta harus kaya dengan kosa kata?
Terapis Diaz menjelaskan, “Itu adalah sebuah kemampuan yang sangat kompleks, ada juga emosi ya... jadi waktu dia membaca cerita, kan ada emosi di dalamnya yang harus dia keluarkan, dan itu harus pas seperti ceritanya itu. Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, motivasi, percaya diri dan kemandirian, 3 hal ini selalu saya kejar. Nah, anak waktu mereka mendapat ketiga hal ini, akan bisa melakukan banyak hal di luar yang mereka bayangkan.”
Dalam kesehariannya, Larry suka memainkan wayang. Hingga kini ia sudah dua kali pentas, yang pertama pada waktu HUTnya ke-9 dan dalam sebuah festival Hari Wayang Sedunia. Larry memilih sendiri cerita yang akan ia pentaskan, seperti Bima Maguru dan Gatotkaca Jedi.
Larry mempunyai dua guru dalang. Salah seorang guru privatnya, Kukuh Ridho Laksono yang sudah 3 tahun mengajar Larry mengatakan, “Kalau di WA itu dia sudah punya jalan cerita. Mas saya mau lakon ini, trus dia nulis alur ceritanya. Keinginannya ada, terus untuk kemampuan suaranya bagus, tidak fals di laras gamelan. Trus saya yang nabuh dan dia menirukan, supaya nadanya pas dengan gamelan.”
Menurut Kukuh, mengajar anak seusia Larry harus pintar memahami jalan pikiran dan perasaannya. Terkadang mereka mengagumi tohoh atau superhero dalam film atau video. Maka sebagai dalang pengajar, Kukuh menyadarkan Larry bahwa di dalam pewayangan juga banyak tokoh pahlawan, contohnya Bima, Gatotkaca, Arjuna dan masih banyak lagi.
Dalang Internasional
Ibu Larry menyediakan seperangkat wayang beserta layarnya karena Larry suka memainkan wayang sambil mempraktekkan keterampilan mendalang di rumahnya.
“Cita-cita Larry mau jadi dalang sampai keluar negeri. Kepengin jadi dalang internasional, supaya semua orang tahu wayang, bisa tahu wayang Indonesia,” ujarnya menutup bincang-bincangnya dengan VOA.
Semoga sosok seperti Larry diikuti oleh makin banyak anak Indonesia yang mengagumi dan melestarikan budaya nenek moyangnya. [ps/em]